Rabu, 12 November 2008

TAHU DAN BERANI

Salam setengah merdeka!

“Ada jenis manusia yang harus ditembak dahulu sebelum disapa.
Begitupun, mereka masih tak sebanding dengan peluru yang digunakan untuk menembak.”


Ruangan bercat biru muda itu lengang. Pintu yang terbuat dari kayu setinggi 2.5 meter, tertutup rapat. Koran bertumpuk tak beraturan. Pintu lemari terbuka lebar, di dalamnya buku-buku berserakan. Ada banyak debu di atas meja. Empat buah lampu yang menempel di langit-langit ruangan, tidak menyala. Di sebelah kiri pintu masuk tertulis UAPM.

Dari ruangan itulah seharusnya persoalan mengenai para petani yang terus-menerus tidak diuntungkan oleh sistem penguasa dimulai. Nasib para buruh pabrik diperbicangkan. Budaya-budaya lokal yang mulai tergerus oleh modernisasi dibahas. Kebijakan-kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa diberitakan.

Selain itu, pemberitaan harian-harian umum dianalisis. Persoalan agama diperdebatkan. Persoalan kebenaran dipertanyakan. Berlatih untuk terus membaca dan menulis dilakukan. Dan masih banyak lagi. Sayangnya, kesempatan itu tidak digunakan sebaik mungkin. Ada dan tidak adanya orang di dalam ruang itu hampir tidak jauh berbeda.

Akhirnya, ruangan itu hanya berisi sekumpulan orang-orang bingung. Satu sama lain saling mencela. Saling berteriak menyumpahi. Berbicara tanpa ada pangkal dan ujung. Hampir tidak ada satupun yang sadar pentingnya membaca buku, berlatih menulis, dan berdiskusi panjang lebar.

Sudah saatnya meluruskan kembali tujuan Uapm didirikan. Bagi Uapm, menulis adalah sebuah laku moral. Menyatakan sebuah kebenaran adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Pramoedya Ananta Toer dalam Khotbah dari Jalan Hidup mengatakan, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Andreas Harsono menambahkan, ada dua syarat sederhana bila ingin “bekerja untuk keabadian”: kau harus tahu dan kau harus berani. Jika ingin tahu, buatlah riset. Harus baca buku. Harus wawancara. Minta izin jika ingin mengutip omongan orang. Harus jujur. Harus transparan.

Janganlah menulis soal “peningkatan sumber daya manusia dan ekonomi masyarakat” atau “globalisasi dalam kaitannya dengan Pancasila serta Islam” dan sebagainya. Kata-kata itu cuma jargon.

Jangan membebek orang lain menulis. Mereka sok pinter. Mereka sering tak tahu perdebatan-perdebatan yang sudah dilakukan orang-orang macam Michael Sandel dan Thomas Friedman soal globalisasi. Mereka tak tahu kebohongan Muh. Yamin atau Nugroho Notosusanto dengan apa yang dinamakan Pancasila. Ada ratusan teori soal demokrasi dan mereka belum baca tuntas semuanya. Pakai kata-kata sederhana. Kalimat pendek-pendek.

Lebih baik tulis masalah sehari-hari. Penyair Widji Thukul menulis masalah sehari-hari bila memulai syairnya. “Tadinya aku pengin bilang: aku butuh rumah tapi lantas kuganti dengan kalimat: setiap orang butuh tanah. Ingat: setiap orang!” tulis Thukul dalam Tentang Sebuah Gerakan.

Tahu saja tidak cukup. Harus punya keberanian untuk menyatakan kebenaran. Pramoedya dan Thukul adalah orang berani. Pram dipenjara Belanda, Soekarno dan Soeharto. Perpustakaan Pram dibakar tentara. Bukunya habis. Kupingnya budek gara-gara hajaran serdadu. Thukul bahkan diculik dan hilang hingga hari ini. Jadi, kalau mau menulis, hanya dua syarat sederhana. Harus tahu sekecil apapun yang ditulis dan harus berani.
Sampai detik ini ke dua syarat sederhana tersebut tidak dimiliki oleh hampir semua baik pengurus maupun anggota Uapm. Akibatnya, banyak tulisan yang tidak terselesaikan. Bahkan di organisasi yang bergelut pada bidang tulis menulis ini masih ada yang tidak bisa menulis. Ironisnya, kenyataan itu berpengaruh terhadap berjalannya roda organisasi.

Akhirnya, hanya karena kita telah tertindas oleh kemalasan dan kebodohan sebelum kita memulai melawan, bukanlah alasan bagi kita untuk tidak berusaha menang. Jika tidak mampu melawan kemalasan dan kebodohan, maka kita adalah salah satu jenis manusia yang harus ditembak dahulu sebelum disapa.

Salam Setengah Merdeka.




Bookmark & Share:

1 komentar:

Anonim,  25 Desember 2008 pukul 09.15  

Lugas banget bung

Mp3 music player

  ©Template by Dicas Blogger.