Kamis, 12 Agustus 2010

Tentang Pengkhianat Marxisme

Aliran Trotskis dan Indonesia
Melebihi anti-komunisme dan anti-Tiongkok dari para penghasut PERANG DINGIN, sementara penganut aliran Trotskis menguar-uarkan: Partai Komunis Tiongkok adalah pengkhianat Marxisme; pimpinan Partai Komunis Tiongkok adalah Stalinis; teori pembangunan sosialisme di Tiongkok adalah merevisi Marxisme; jalan pemikiran Mao, Deng, Jiang Zemin bukanlah jalan pemikiran Marxisme. Diramalkannya: Marx akan terkejut-kejut menyaksikan ajarannya dijungkir-balikkan oleh pimpinan Partai Komunis Tiongkok, dengan menjadikan Pikiran Penting tiga mewakili ideologi pembimbing pembangunan partai.

Pimpinan PKI pun dinyatakan pengkhianat, adalah Stalinis. Alasan-alasannya: dalam Kongres Nasional ke-IV PKI, disediakan kursi kosong untuk Stalin di meja presidium Kongres; pimpinan PKI mengekor pada Stalin dalam politik front persatuan dengan burjuasi melawan fasisme; menyalahkan pimpinan PKI bersekutu dengan burjuasi semenjak awal revolusi Agustus 1945 dan membiarkan burjuasi Soekarno memegang pimpinan revolusi; menyalahkan pimpinan PKI melakukan pengkhianatan dengan mendukung teori dua tahap revolusi Soekarno; para pemimpin Stalinis dalam PKI tidak hanya menyelamatkan pemerintah Soekarno, mereka menimbulkan kondisi yang mengijinkan jendral-jendral militer dan penyokong mereka di AS untuk mempersiapkan kontra-revolusi berdarah; pengkhianatan Stalinis di tahun 1965 adalah puncak dari lebih dari duapuluh tahun pengkhianatan di mana PKI, bekerja berdasarkan teori Stalinis dua-tahap dan, khususnya, ideologi Maois blok empat kelas, mengikat kelas pekerja dan para petani ke rejim burjuis nasionalis Soekarno; menyalahkan pimpinan PKI bahwa dalam keadaan Angkatan Darat dibawah pimpinan Soeharto telah melakukan teror terhadap rakyat, pimpinan PKI mengekor pada Soekarno dengan menyerukan pada anggota PKI dan rakyat agar mendukung perintah Soekarno mengenai penyelesaian peristiwa G30S, menyalahkan pimpinan PKI tidak menyerukan agar rakyat melawan Angkatan Darat yang sudah menjalankan teror di seluruh negeri.

Memang benar, dalam Kongres Nasional ke-IV PKI, sebagai penghormatan pada Stalin, disediakan kursi kosong untuk Stalin di meja presidium kongres. Itu terjadi tahun 1954. Stalin baru meninggal setahun sebelumnya. Partai-Partai komunis di semua benua sangat respek pada Stalin, pimpinan terkemuka Uni Sovyet. PKI dan kaum komunis Indonesia sangat kagum akan Uni Republik-Republik Sovyet Sosialis (URSS), respek pada pimpinan-pimpinannya, terutama Stalin yang memimpin rakyat Sovyet memenangkan Perang Dunia kedua. Baru sesudah Nikita Syergyewich Khrusycyov menyampaikan laporan rahasia mengutuk Stalin dalam Kongres ke-XX PKUS tahun 1956, mengkritik kultus individu terhadap Stalin, pimpinan partai-partai komunis sedunia melakukan penilaian baru atas Stalin. Kaum Trotskis dan kaum sosialis-kanan sedunia bergendang paha, merasa dapat angin dengan adanya laporan rahasia Khrusycyov itu. Di Indonesia, harian PSI PEDOMAN, segera menerbitkan edisi Indonesia laporan rahasia Khrusycyov itu. Kaum Trotskis dan sosialis-kanan kian gairah melancarkan kampanye anti Stalinisme. Pimpinan PKI tetap menilai positif Stalin sebagai pemimpin yang berjasa, disamping ada kesalahan berupa terjadinya kultus individu terhadap Stalin.

Mengenai hantaman terhadap pimpinan PKI yang dilontarkan sementara kaum Trotskis tersebut diatas, perlu kita cermati dan pikirkan secara mendalam. Bagaimana jadinya perjuangan anti-fasis, jika kaum komunis tidak melakukan seruan Komintern membentuk front anti-fasis, tidak bersatu dengan burjuasi melawan fasis? Uni Sovyet pun bersekutu dengan Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, membentuk front anti-fasis sesuai dengan seruan Komintern. Bagaimana jadinya revolusi Agustus 1945, jika kaum komunis tidak bersatu dengan kaum nasionalis, dengan Soekarno, jika tidak mengakui Soekarno sebagai pimpinan kaum nasionalis dan pimpinan revolusi, jika tidak mendukung gagasan dua tahap revolusi, jika tidak mendukung Bung Karno dalam penyelesaian Peristiwa G30S? Bagaimana perkembangan revolusi Tiongkok, jika Mao Zedong tidak menjalankan politik front persatuan nasional, persatuan antara empat kelas: kelas buruh, kelas tani, burjuasi kecil dan burjuasi nasional? Tidaklah sulit menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Yang terang, gagasan kaum Trotskis untuk tidak bekerjasama dengan kaum burjuasi nasional demi melawan fasis, untuk tidak bekerjasama dengan kaum nasionalis termasuk Soekarno dalam revolusi Agustus 1945, tidak mendukung teori dua tahap revolusi Bung Karno adalah tidak masuk akal. Dapatkah gerangan teori Trotski revolusi permanen, yaitu langsung melakukan revolusi sosialis di Indonesia tanpa melewati revolusi borjuis demokratis? Tentu tidak dapat! Trotski menekankan pelajaran inti dari Revolusi Rusia bahwa, dalam jaman ini, tugas-tugas demokratis dan nasional di negara-negara terbelakang dan tertindas hanya dapat dicapai melalui revolusi proletar dan penyebarannya ke seluruh dunia. Berlakukah ini untuk revolusi Indonesia?

Betapa pun jua, aliran Trotskis memang punya tempat dalam sejarah revolusi Indonesia. Tak sulit untuk membuktikan, bahwa penganut aliran Trotskis menentang Soekarno sejak semula, menentang gagasan-gagasannya serta pribadinya. Kaum Trotskis adalah anti PKI sejak semula. Dalam sidang-sidang Konstituante yang bertugas merumuskan Undang Undang Dasar negara, kaum Troskis menentang Pancasila dijadikan dasar negara. Akhirnya kaum Trotskis menentang gagasan Nasakom Soekarno pada tahun 1965. Dan tak bisa dilupakan, bahwa sejumlah tokoh penganut aliran Trotskis menduduki jabatan sangat penting, menjadi tiang penyangga rezim militer fasis Orde Baru Soeharto. Jadi, penganut aliran Trotskis adalah anti Soekarno, anti PKI, anti Pancasila, anti Nasakom dan pendukung rezim fasis Soeharto.

Fenomena Internasional

Aliran Trotskis bukanlah hanya gejala yang terdapat di Indonesia. Ia adalah fenomena internasional. Gerakan sosialisme dunia belumlah mencapai usia dua abad. Sosialisme utopi berkembang menjadi sosialisme ilmiah dengan tampilnya Marx dan Engels mengajarkan pandangan-pandangan ilmiah mengenai sosialisme. Marx dan Engels mempersenjatai gerakan kelas buruh dunia dengan teori-teori baru meliputi filsafat materialisme historis, ekonomi politik Marxis, ajaran tentang negara ¨C ajaran tentang diktatur proletariat -, dan taktik-taktik revolusi. Dalam perkembangannya, Marxisme menghadapi berbagai perlawanan: mulai Bakuninisme yang menyatakan sumber ketidak-adilan itu adalah kekuasaan negara, karena itu diperlukan penghancuran semua negara, mewujudkan masyarakat tanpa negara, tanpa kekuasaan politik, mewujudkan anarkhisme. Kemudian Proudhonisme yang ingin mewujudkan sosialisme lewat penggunaan perobahan-perobahan ekonomis. Selanjutnya, tampil kaum sosial demokrat kanan yang menentang gagasan diktatur proletariat, ingin mewujudkan sosialisme lewat jalan damai tanpa perebutan kekuasaan politik. Lenin dengan tangguh membela ajaran diktatur proletariat dari Marx, hingga menyatakan bahwa hanya dengan mengakui dan menerima gagasan diktatur proletariat barulah seseorang adalah sesungguhnya Marxis. Lenin tampil dengan memperkaya sosialisme ilmiah dengan mengembangkan filsafat materilisme dialektis dengan tulisannya Materialisme Dan Empirio-kritisisme, mengembangkan ekonomi politik Marxis dengan karyanya Imperialisme Tingkat Tertinggi Kapitalisme, dan memperkaya taktik-taktik revolusi sosialis dengan berbagai karya lainnya. Stalin mengangkat tinggi peranan Lenin dalam mengembangkan Marxisme, hingga diajarkannya bahwa Leninisme adalah Marxisme di zaman revolusi proletar. Dengan dibimbing Leninisme, revolusi Oktober 1917 dimenangkan dan berlangsung pembangunan sosialisme di Uni Sovyet.

Dalam sejarah revolusi Oktober dan pembangunan sosialisme di Uni Sovyet berlangsung perjuangan sengit antara kaum Marxis-Leninis melawan kaum Trotskis. Sebelum masuk jadi anggota Partai Buruh Sosial Demokrat Russia (PBSDR), dalam tahun 1905 Trotski sudah mempunyai gagasan teori revolusi permanen, yaitu revolusi serentak seluruh dunia untuk mewujudkan sosialisme. Sampai sekarang penganut aliran Trotskis terus menerus memamah-biak teori revolusi permanen ini. Lenin sejak semula menentang teori revolusi permanen. Semenjak masuk jadi anggota PBSDR tahun 1912, Trotski menentang gagasan-gagasan strategis Lenin, yaitu menentang teori bisanya sosialisme di menangkan di satu negeri. Dalam pertarungan sengit antara dua faksi dalam PBSDR, yaitu antara faksi Bolsyewik dan faksi Mensyewik, Trotski berdiri di tengah-tengah, seakan-akan ingin mendamaikan. Selanjutnya Trotski menentang gagasan dua tahap revolusi dari Lenin, yaitu melakukan revolusi sosialis sesudah dimenangkannya revolusi borjuis demokratis. Lenin yakin akan kebenaran teori sosialisme bisa dimenangkan di satu negeri, hingga berhasil memenangkan revolusi Oktober 1917. Kemenangan revolusi Oktober sosialis 1917 dianggap oleh penganut aliran Trotskis sebagai hal membenarkan teori revolusi permanen Trotski, karena dengan revolusi Oktober ini Lenin telah mencampakkan teori dua tahap revolusi. Selanjutnya Trotski menentang pelaksanaan ide Lenin untuk mencapai perdamaian Brest-Litovsk, walaupun Trotski sendiri dipercayai memimpin delegasi Sovyet untuk merundingkan perdamaian dengan delegasi Jerman. Dibimbing oleh teori revolusi permanen, Trotski bersama golongan komunis kiri ingin melanjutkan perang melawan Jerman hingga perang berkobar ke seluruh Eropa untuk membangkitkan revolusi sosialis. Ini berlawanan dengan gagasan Lenin yang menghendaki perdamaian, agar ada waktu jeda untuk mengkonsolidasi kekuasaan negara Sovyet. Trotski juga menentang Politik Ekonomi Baru Lenin. Kaum Trotskis menganggap Politik Ekonomi Baru adalah langkah mundur. Politik Ekonomi Baru Lenin adalah dalam rangka usaha membangun dasar ekonomi sosialis dengan mengikutkan kaum tani dibawah pimpinan kelas buruh. Trotski berpendapat bahwa adalah tidak mungkin kelas buruh memimpin kaum tani dan bekerjasama dengan kaum tani untuk membangun dasar ekonomi sosialis, karena ada kontradiksi tak terdamaikan antara dua kelas ini; kontradiksi tak terdamaikan antara kelas tani dan proletariat hanya dapat dipecahkan dengan revolusi dunia. Dalam perkembangannya aliran Trotskis menjadi elemen anti-Partai, menentang putusan-putusan penting dari Kongres ke-XIV PKUS (B), menjadi anti-sovyet, hingga 14 November 1927 Trotski dipecat dari Partai.

Dengan demikian, aliran Trostkis adalah semenjak semula, dan sepanjang sejarah Uni Sovyet menentang Leninisme. Stalin yang dengan teguh mengangkat panji Leninisme, tak ayal lagi menjadi musuh bebuyutan dari Trotski. Dengan Khrusycyov mengutuk Stalin dan kini dengan telah ambruknya URSS kaum Trotskis merasa dapat angin, hingga lebih gairah melawan Leninisme dan menghitamkan Stalin.

Kemenangan Leninisme dan Ambruknya Uni Sovyet

Kemenangan revolusi Oktober 1917 dibawah pimpinan Lenin dan berhasil sampai mendirikan URSS adalah kemenangan teori Lenin menegakkan diktatur proletariat di satu negeri. URSS bisa bertahan sampai tahun 1991. Mulai dari menggulingkan kekuasaan feodal dan burjuasi Russia, mendirikan URSS dibawah pimpinan PKUS, mengalahkan agresi fasis Nazi dan bersama negara Sekutu memenangkan Perang Dunia kedua, membebaskan Eropa Timur dan Tengah dari pendudukan fasis, kemudian membangun kembali perekonomian URSS hingga menjadi salah satu negara besar di dunia. Ini adalah demonstrasi dalam sejarah tentang keunggulan Partai Komunis Uni Sovyet mentrapkan Marxisme-Leninisme di negerinya. Marxisme-Leninisme jadi tersebar dan dianut sebagai ideologi pembimbing oleh partai-partai komunis dan partai pekerja di semua benua, termasuk PKI.

Belum berhasilnya membangun sosialisme di Uni Sovyet, bahkan sampai ambruknya URSS bukanlah kesalahan Lenin yang menegakkan diktatur proletariat. Dengan sukses memenangkan revolusi Oktober dan mendirikan diktatur proletariat di Uni Soyet adalah satu soal. Kehancuran URSS adalah soal yang lain. Kehancuran URSS bukanlah salahnya Lenin yang sudah memenangkan revolusi, tapi bersumber pada kesalahan pimpinan PKUS yang mencampakkan ajaran Marx dan Lenin mengenai negara, mengenai diktatur proletariat. Ini terjadi semenjak Khrusycyov mencampakkan ajaran Marx dan Lenin mengenai negara dan Partai, yaitu mencampakkan ajaran diktatur proletariat dengan membangun negara seluruh rakyat dan Partai seluruh Rakyat. Kemudian dilanjutkan dan mencapai puncaknya dengan peranan Mikhail Gorbacyov mencampakkan Leninisme dengan gagasan yang dipaparkan dalam karyanya Perestroika dan Pemikiran Baru (Pyeryestroika I Novoye Mishlyeniye). URSS ambruk, terpecah belah. Negara-negara sosialis Eropa Timur brantakan. Tapi sosialisme di dunia tidaklah punah. Perjuangan untuk sosialisme tidaklah mandeg. Tiongkok dengan penduduk seperlima penduduk dunia, bersama Vietnam, Republik Demokrasi Korea dan Kuba dengan tangguh membangun sosialisme sesuai dengan kondisi negeri masing-masing.

Tuduhan kaum Trotskis bahwa pimpinan PKT adalah Stalinis, adalah mengada-ada saja. Banyak pikiran Stalin yang tidak diikuti oleh pimpinan PKT dalam memenangkan revolusi demokrasi baru Tiongkok, antara lain masalah meneruskan perang pembebasan ke selatan sungai Yang Tse sampai membebaskan seluruh Tiongkok, kecuali Taiwan. Tidak bisa ditunjukkan, bahwa PKT dalam memimpin revolusi demokrasi baru mengkhianati Marxisme. Pimpinan revolusiTiongkok dengan tangguh berjuang membangun sosialisme berkepribadian Tiongkok, dengan dibimbing Marxisme-Leninisme, Pikiran Mao Zedong, Teori Deng Xiaoping dan Pikiran Penting Tiga Mewakili. Belajar dari pengalaman kehancuran PKUS dan URSS, dimana PKUS sudah berobah watak hingga menjadi Partai yang tidak didukung oleh rakyat, PKT menjadikan pikiran penting Tiga Mewakili dalam membangun PKT. Tiga Mewakili adalah: mewakili tenaga produktif yang maju, mewakili arah perkembangan kebudayaan nasional Tiongkok yang maju, dan mewakili kepentingan rakyat terbanyak. Partai yang memiliki tiga ciri demikianlah yang dianggap mampu memimpin pembangunan sosialisme berkepribadian Tiongkok. Diterimanya para pengusaha yang mau mengabdi pada sosialisme untuk menjadi anggota Partai tidaklah akan merobah watak kelas Partai, karena para anggota tunduk pada ketentuan Konstitusi dan Program Partai. Mengenai pembangunan ekonomi pasar sosialis, yaitu penggunaan mekanisme pasar dalam pembangunan ekonomi Tiongkok adalah pelaksanaan ajaran Deng Xiaoping yang menyatakan: pasar berguna bagi kapitalisme, tapi juga bisa berguna bagi sosialisme. Dalam praktek, mekanisme pasar memang telah mengembangkan tenaga produktif. Deng Xiaoping mengajarkan, bahwa tugas utama sosialisme adalah mengembangkan tenaga produktif. Oleh karena itu, tidak ada kontradiksi antara penggunaan mekanisme pasar dengan pembangunan sosialisme di Tiongkok.

Memang, sosialisme seperti yang dipaparkan Marx, Engels dan Lenin belumlah terwujud di negeri mana pun. Prinsip bekerja menurut kemampuan, menerima menurut hasil kerja masih jauh dari terlaksana. Masih jauh panggang dari api ! Tapi cita-cita dan usaha untuk mewujudkannya sedang kian bergelora.

Pengkhianat Sejati dan Pembela Marxisme

Dalam gejolak usaha perjuangan bercita-citakan sosialisme inilah kaum Trotskis menunjukkan wajahnya yang sejati. Pertama-tama mati-matian melawan Stalinisme dan Leninisme. Dalam politik praktis berkampanye anti-komunisme dan anti-Tiongkok. Peranan inilah yang dimainkan oleh para penganut aliran Trotskis dengan dikoordinasi oleh Internasionale Ke-IV (Internasionale Trotskis) yang anti komunis dan anti-Tiongkok. Menyalahkan pimpinan banyak Partai Komunis dengan menuduhnya sebagai Stalinis seperti terhadap PKT, Partai Komunis Kuba, Partai Komunis India, PKI dan banyak partai lainnya. Terus menerus menguar-uarkan teori revolusi permanen. Tanpa menghiraukan kenyataan pasang surut revolusi, dengan gampang menguar-uarkan sudah datang waktu untuk revolusi dan berbagai semboyan kiri lainnya. Ini adalah sangat menyesatkan. Mencelakakan gerakan rakyat yang sedang baru tumbuh. Inilah pengkhianatan yang sesungguhnya terhadap usaha gerakan sosialisme dunia. Pengkhianatan atas Marxisme.

Pengalaman sudah menunjukkan bahwa kapitalisme, neo-liberalisme tidak bisa mendatangkan keadilan dan kemakmuran bagi rakyat. Di banyak negeri muncul kesadaran untuk melawan kapitalisme, melawan neo-liberisme untuk menggantinya dengan sistim masyarakat yang berkeadilan sosial. Maka adalah wajar, baru-baru ini dari Amerika Latin dikumandangkan suara yang optimistis: ajakan pada rakyat sedunia untuk berjuang demi membangun sosialisme di dunia!

Kini, pimpinan PKT dengan Hu Jintao sebagai sekretaris jenderalnya yang dituduh pengkhianat Marxisme oleh penganut aliran Trotskis itu sedang dengan tangguh mengangkat tinggi panji Marxisme, mentrapkan Marxisme sesuai dengan kondisi kongkret Tiongkok, memimpin Partai Komunis yang beranggotakan tujuhpuluh delapan juta orang, memimpin negara dengan seperlima penduduk dunia, membangun sosialisme berkepribadian Tiongkok.

Rakyat Tiongkok bersama rakyat-rakyat Vietnam, Republik Demokrasi Korea dan Kuba sedang maju dengan mantap membangun sosialisme sesuai dengan kondisi negeri masing-masing, dengan menjunjung tinggi panji Marxisme.

Bookmark & Share:

0 komentar:

Mp3 music player

  ©Template by Dicas Blogger.