Jumat, 13 Maret 2009

KEHIDUPAN GRAMSCI

‘Skandal kontradiksi saya ialah bersama-sama dengan anda sekaligus menentang anda.’
(Pier Paolo Pasolini, Le ceneri di Gramsci)

Antonio Gramsci lahir di Ales, Sardinia di provinsi Cagliari pada tanggal 22 Januari 1891. Dia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayahnya berasal dari Gaeta di semenanjung Italia dan bekerja di Kantor Pencatatan Tanah di Ghilarza. Ibunya adalah seorang Sardinia. Salah satu kisah paling penting selama tahun-tahun pertama kehidupan Gramsci ialah jatuhnya dia dari lengan seorang wanita pengasuh, kejatuhan yang menyebabkan bentuk tubuhnya cacat. Dalam sebuah surat kepada ibunya yang dia tulis di penjara tertanggal 15 Juni 1931, Gramsci terkenang akan masa-masa kanak-kanak yang dia habiskan di bawah asuhan ibunya (karena ayahnya telah dipecat dari pekerjaannya dan dipenjarakan karena perkara ketidakberesan administrasi, dan keluarganya harus pindah ke Ghilarza dimana Antonio masuk sekolah dasar): ‘Tahukah ibu apa yang muncul dalam ingatanku? Yaitu kenangan ketika saya berada pada tahun pertama atau kedua sekolah dasar dan ibu mengoreksi pelajaran-pelajaran yang saya terima sehingga semuanya menjadi jelas dan gamblang buat saya. Saya ingat betul saya selalu lupa bahwa uccello dieja dengan dua c, dan ibu mengoreksi kekeliruan ini paling tidak 10 kali. Demikian pula, saat ibu membantu kami belajar menulis (dan saat pertama-tama ibu mengajari kami untuk menghafal banyak puisi; saya masih ingat puisi Rataplan dan puisi yang satunya “Di sepanjang lereng Loire yang semakin tinggi – pita perak itu – berlarian ratusan mil – sungguh sebuah dataran yang indah dan penuh petualangan”), dengan sopan salah satu dari kami berada di sisimu untuk membantumu menulis saat ibu tak cukup kuat. Saya yakin bahwa hafalan tentang puisi Rataplan dan nyanyian Loire akan membuat ibu tersenyum. Dan saya pun jadi teringat betapa besarnya kekagumanku (umurku saat itu pastilah empat atau lima tahun) akan kepandaian ibu untuk menirukan gulingan-gulingan tong di atas meja saat ibu menceritakan Rataplan’.

Gramsci kemudian lulus sekolah dasar, namun dia terpaksa harus memutuskan studinya dan bekerja selama dua tahun di Kantor Pertanahan di Ghilarza. Sekali lagi, dalam sebuah surat dari penjara tertanggal 3 Oktober 1932, yang ditulis buat saudara iparnya, Tatiana, Gramsci menuliskan kenangan pahit yang terjadi selama periode kehidupannya tersebut: ‘Jangalah beranggapan bahwa aku berniat untuk bunuh diri atau mengacuhkan diri seperti halnya anjing mati dengan terjun ke dalam arus. Aku telah belajar mengelola hidupku sejak lama dan aku telah mengelola hidupku bahkan sejak aku kanak-kanak. Aku mulai bekerja ketika umurku 11 tahun, dan memperoleh penghasilan sembilan lira sebulan (yang sama artinya dengan satu kilo roti sehari) dengan 10 jam kerja setiap hari termasuk hari Minggu pagi dan aku harus memindahkan buku-buku daftar yang beratnya lebih besar dari berat tubuhku sendiri. Seringkali, pada saat malam hari, aku menangis secara diam-diam karena seluruh tubuhku merasa sakit. Yang kukenal nyaris hanyalah aspek paling kejam dari kehidupan, dan karena itu, aku belajar untuk mengelola hidupku dalam segala situasi. Bahkan ibuku sendiri tak tahu seluruh kehidupanku dan pengadilan yang harus kujalani: untuk beliau, aku hanya kadangkala saja menyebut bagian kecil dari kehidupanku yang dalam cakrawala hidupku saat ini tampak penuh kegembiraan dan kesenangan.’
Setelah belajar secara otodidak, dia mulai mengambil kelas-kelas sekolah tata bahasa di Santa Lussurgiu, dan di kota itu dia tinggal di rumah seorang wanita petani. Bacaan pertamanya dengan pers sosialis dan juga dengan Avanti! Barangkali bisa dilacak pada tahun-tahun ini, mungkin atas bantuan dan dorongan kakak laki-lakinya, Gennaro. Pada tahun 1908, Gramsci masuk Liceo Déttori di Cagliari. Gennaro, yang tinggal bersamanya, merupakan seketaris Dewan Buruh lokal dan kemudian terpilih menjadi sekretaris cabang Partai Sosialis. Gramsci sendiri memberikan les-les untuk bertahan hidup selama dia belajar. Dia membaca majalah-majalah dan koran-koran dari setiap aliran keyakinan, dan secara kebetulan bertemu dengan karya-karya Marx. Dia juga menulis artikel untuk sebuah koran kecil di Aidomaggiore, tak jauh dari Ghilarza. Dia lulus sekolah menengahnya pada tahun 1911 dan berusaha untuk bersaing mendapatkan salah satu dari beasiswa yang ditawarkan oleh Carlos Alberto College di Turin untuk para pelajar miskin yang berasal dari provinsi Sardinia. Beasiswa itu besarnya 70 lira setiap bulan selama 10 bulan setahun. Dia lalu pergi ke Turin, dan pada bulan Oktober, mengambil bagian dari persaingan itu bersama dengan anak-anak muda lainnya, yang salah satunya ialah Palmiro Toggliatti. Gramsci berhasil meraih satu dari beasiswa yang ditawarkan, dan begitu juga dengan Togliatti. Di Turin, dia tinggal bersama dengan Angelo Tasca, seorang pemimpin muda gerakan pemuda sosialis. Gramsci kemudian masuk Fakultas Seni. Meski mengalami gangguan syaraf yang serus, namun hasil ujian yang diikuti Gramsci bagus. Dia juga mengambil beberapa mata kuliah, dan mengikuti kehidupan politik di Sardinia secara dekat, terutama selama masa liburan musim panas. Dia pun menjadi semakin lebih dekat lagi dengan sosialisme dan barangkali bergabung dengan cabang partai sosialis di Turin menjelang akhir tahun 1913. Dalam periode ini, Gramsci membaca La Voce karya Prezzolini dan L’Unità karya Salvemini secara kontinu, dan mendukung pencalonan Salvemini untuk duduk di parlemen mewakili konstituen Turin. Dia sendiri menjelaskan arti dari sikap dukungannya ini dalam sebuah halaman Aleuni temi della quistione meridionale:
‘Ketika pada tahun 1914, calon keempat kosong karena matinya Pilade Gay dan persoalan kandidat baru muncul, sebuah kelompok dari cabang Sosialis, yang salah satu anggotanya menjadi editor L’Ordine Nuovo di masa depan, mengajukan usulan untuk memasang Gaetano Salvemini sebagai kandidat. Salvemini adalah juru bicara paling radikal bagi massa petani di Mezzogiorno. Dia memang tidak termasuk anggota Partai Sosialis; bahkan, dia telah mengadakan sebuah kampanye yang sangat berkobar-kobar dan sangat berbahaya menentang Partai Sosialis sampai-sampai pernyataan-pernyataan dan tuduhan-tuduhannya bukan saja menjadikan massa di wilayah selatan bukan saja membenci kaum Turati, Trevese, d’Aragona, namun juga kaum proletariat industri secara keseluruhan. (Bahkan banyak dari peluru yang ditembakkan oleh Pengawal Kerajaan, Royal Guard, pada tahun 1919, 1920, 1921, 1922 terhadap kaum buruh didasarkan pada semangat kebencian yang sama dengan yang mendasari tulisan artikel-artikel Salvemini.) Meski demikian, kelompok di Turin ini ingin membuat pernyataan dukungan buat Salvemini. Hal ini dijelaskan langsung ke Salvemini oleh kamerad Ottavio Pastore yang pergi ke Florence khusus untuk meminta persetujuan Salvemini atas pencalonannya... Para buruh Turin sendiri sedang hendak memilih seorang komisaris untuk para petani kecil di Apulia.. Para buruh sadar bahwa pada pemilihan umum tahun 1913, mayoritas besar petani kecil di Molfetta dan Bitonto akan mendukung Salvemini; tekanan-tekanan administratif dari pemerintahan Giolitti dan kekerasan mazzieri1 dan upaya polisi telah menghalangi kaum petani Apulia untuk mengekpresikan diri mereka. Terhadap pencalonan Salvemini, kaum buruh Turin tak meminta janji apa pun, juga tak meminta partai apapun, program apapun, maupun kebijakan parlementer apapun. Begitu terpilih, Salvemini hanya akan bertanggungjawab kepada kaum petani Apulia, bukan kepada kaum buruh Turin yang akan mengadakan propaganda pemilu sesuai dengan prinsip-prinsip mereka dan yang tak akan terikat apa pun oleh aktivitas politik Salvemini... Namun, Salvemini menolak pencalonananya betapa pun dia terpengaruh dan tergerak oleh usulan yang diajukan.’
Pada bulan Oktober 1914, Gramsci terlibat dalam perdebatan yang berlangsung dalam tubuh Partai Sosialis mengenai posisi yang harus diambil terhadap Perang Dunia Pertama. Dia menulis sebuah artikel dengan judul Neutralità attiva ed operante yang dimuat pada tanggal 31 Ooktober dalam kolom koran Il Grido del Popolo. Dalam polemik dengan mereka yang mengajukan tesis netralitas absolut, Gramsci alih-alih menggabungkan diri dengan mereka yang berharap kaum sosialis Italia bersikap lebih tegas dan bersemangat, lebih memilih posisi yang sangat serupa dengan yang pada saat itu dianut oleh Mussolini.2 Artikel ini kemudian menimbulkan tuduhan intervensionisme kepada Gramsci selama hidupnya, dan khususnya selama Konggres Sosialis tahun 1921 di Leghorn.
Sementara itu, Gramsci sendiri masih tetap ‘secara periodik mengalami krisis sistem syaraf yang menjadikannya tak bisa mengikuti studi-studinya dengan tingkat kelincahan seperti yang seharusnya.’ Meski demikian, dia tak memutuskan studinya di universitas dan secara sporadis masih terus mengambil beberapa ujian. Ujian terakhir yang diikutinya ialah mengenai sastra Italia pada tanggal 12 April 1915. Sebulan lebih kemudian, Italia mengubah posisi netralnya dan turut terlibat ke dalam kancah perang bergabung dengan pihak Entente. Pada musim gugur, Gramsci sekali lagi mulai menulis artikel untuk Il Grido del Popolo dan pada saat yang hampir bersamaan, bergabung menjadi staf redaksi Avanti! Aktivitas yang diikutinya sangat padat. Kolomnya Sotto la Mole dalam mingguan sosialis Turin membuatnya dikenal dalam medan jurnalisme proletarian karena ketajamannya dalam menilai dan karena kuatnya nada polemik dalam argumen-argumennya. Sementara masih terus memberikan kuliah (mengenai Revolusi Prancis, mengenai Marx, mengenai Romain Rolland), dia mengedit secara sendirian La città futura, sebuah publikasi khusus dari Federasi Sosialis Muda Piedmont pada bulan Februari 1917.
Dalam kejadian-kejadian yang berlangsung di Rusia, dia merasakan pentingnya sosok Lenin. Dan setelah revolusi kaum buruh bulan Agustus di Turin yang terjadi sebagai dampak dari tingginya biaya hidup, kelangkaan roti dan terus berlangsungnya perang, karena banyak tokoh sosialis terkemuka yang ditangkap, dia pun secara de facto menjadi sekretaris cabang partai sosialis di Turin dan menjadi redaksi Il Grido del Popolo.
Pada bulan November, di Florence Gramsci turut terlibat dalam sebuah rapat rahasia yang dilakukan oleh ‘faksi revolusioner yang gigih’ dimana G.M. Serrati, A. Bordiga dan yang lainnya juga ikut hadir. Saat kembali ke Turin, dia bergabung secara aktif dengan sekelompok anak muda mendirikan sebuah ‘klub kehidupan moral’ dengan tujuan untuk menyuarakan kebutuhan akan kebudayaan dalam aktivitas politik dan revolusioner. Artikel pertama Gramsci yang diterbitkan oleh Serrati dalam edisi nasional Avanti! Dimuat pada tanggal 24 Desember. Judul artikel itu ialah La rivoluzione contro il ‘Capitale’ dan artikel ini cukup menimbulkan kegemparan karena artikel tersebut menyatakan bahwa revolusi Bolsyewik yang berhasil di Rusia mengungguli semua skema Marxian. Di dalam tubuh Partai Soialis, kaum reformis pun lalu mengarahkan senapannya ke arah Gramsci. Claudio Treves menuduhnya sebagai penganut ‘voluntarisme’ dan ‘Bergsonisme’. Gramsci kemudian membalasnya dalam polemik yang sungguh hidup.
‘Gerakan Turin,’ demikian tulis Gramsci selama tahun-tahun di penjara dalam sebuah tulisan yang sekarang dimuat dalam Passato e presente, ‘pada saat yang bersamaan dituduh sebagai penganut paham “spontanisme,” “voluntarisme” atau Bergsonisme (!). Jika tuduhan yang kontradiktif itu dianalisa, yang justru terlihat ialah keunggulan dan kebenaran dari kepemimpinan gerakan tersebut. Kepemimpinan gerakan Turin tidaklah “abstrak.” Kepemimpinannya tidak semata-mata mengulang secara mekanis beberapa rumus saintifik atau teoretis; kepemimpinannya tidak mengacaukan politik atau tindakan nyata dengan disertasi yang teoretis. Kepemimpinan gerakan Turin adalah kepemimpinan atas manusia-manusia yang kongkret, manusia-manusia yang terbentuk dalam relasi-relasi historis yang partikular, dengan perasaan-perasaan, cara-cara pandang terhadap hal-hal dan dengan keping-keping konsep dunianya, dsb yang bersifat partikular yang merupakan buah dari kombinasi yang bersifat “spontan” antara sebuah lingkungan produksi material tertentu dengan pengelompokan secara “aksidental” elemen-elemen sosial yang terpencar-pencar yang ada dalam lingkungan tersebut. Elemen “spontanitas” tidak diabaikan, apalagi disingkirkan: namun elemen ini dididik, diarahkan, dimurnikan dari setiap hal-hal dari luar yang bisa mencemarinya, agar elemen tersebut bisa homogen dengan sebuah teori modern, dalam cara yang hidup dan efisien secara historis...’ Gramsci kemudian menyimpulkan dengan sebuah penilaian yang brilyan: “kesatuan antara “spontanitas” dan ‘pengarahan secara sadar” (conscious direction), dengan kata lain “disiplin”, inilah aksi politik sejati dari kelas-kelas yang tersubordinasi, dan itulah politik massa dan bukan sekedar petualangan dari kelas-kelas yang mengklaim memiliki sebuah relasi dengan massa’.
Il Grido del Popolo berhenti terbit pada bulan Oktober 1918 dengan tujuan agar bisa memungkinkan diterbitkannya Avanti! edisi Turin. Gramsci, Togliatti, Alfonso Leonetti dan yang lainnya turut menyumbangkan tulisan buat edisi ini sebagai wakil redaksi, sedangkan yang menjadi kepala redaksinya ialah Ottavio Pastore. Beberapa minggu kemudian, Amadeo Bordiga mendirikan Il Soviet di Naples dimana seluruh anggota faksi abstainisme dari Partai Sosialis berhimpun. Faksi ini terdiri dari mereka yang ingin agar partai abstain secara total dari keterlibatan dalam pemilu nasional maupun lokal. Di seputar Il Soviet dan kemudian L’Ordine Nuovo berhimpun mereka yang kemudian mendirikan Partai Komunis.
Pendirian koran baru ini – yaitu koran L’Ordine Nuovo- bukanlah sebuah tugas yang mudah. Gramsci, Tasca, Togliatti dan Terracini berperanan dalam pendirian koran tersebut. Tasca berhasil mendapatkan jumlah modal dibutuhkan untuk memulai penerbitan (6.000 lira). Terbitan pertama L’Ordine Nuovo bersubtitelkan ‘majalah mingguan kebudayaan sosialis’, yang terbit pada 1 Mei 1919. Gramsci bertindak sebagai sekretaris dewan redaksi dan secara praktek berfungsi sebagai managing editor. Majalah mingguan itu mengambil motto: ‘Belajarlah karena kita akan membutuhkan segenap kecerdasan kita. Beragitasilah karena kita akan membutuhkan segenap antusiasme kita. Berorganisasilah karena kita akan membutuhkan segenap kekuatan kita.’ Sirkulasi majalah mingguan ini sungguh luar biasa bahkan meskipun hampir terbatas pada Piedmont saja. Majalah itu terbuka terhadap sumbangan artikel dari sejumlah penulis sosialis asing, dan juga telah menunjuk komisi-komisi internalnya3 sebagai ‘institusi-institusi kekuasaan proletariat’. Majalah itu memuat beberapa artikel programatis dari Il Soviet-nya Bordiga, seperti ‘Program Faksi Komunis’, dan terbitan pertamanya muncul secara otonom dari partai. L‘Ordine Nuovo pun beredar secara lebih luas lagi, dan menjadi semakin lebih berpengaruh. Gramsci, yang menjadi semakin populer di kalangan kaum buruh di Turin, sambil guyon mengeluhkan populeritas ini dalam kolom-kolom koran tersebut: ‘Gramsci lagi, Gramsci lagi, Gramsci lagi, siapakah dia, dsb dsb. Dikelilingi oleh sedemikian banyak ketenaran, Gramsci tenggelam dalam semacam depresi: dia takut sekali akan diidolakan...di tengah banyak orang yang masih memiliki kebiasaan buruk...menganut monoteisme ideologis, sebuah kebiasaan buruk tak pernah sekecil apapun akan bisa menciptakan kebebasan spiritual yang sesungguhnya penting untuk bisa melihat beda antara ide-ide dengan manusianya... Gramsci tak ingin diidolakan, juga tak ingin menggurui; dia masih terlalu muda untuk beralih ke fungsi hiasan dan pewejang seperti halnya Paus dan dia sungguh-sungguh tak ingin menjadi seorang idola.’
Pada bulan Oktober pada tahun yang sama, konggres Partai Sosialis di Bologna berdebat tentang masalah penggabungan partai ke dalam Komunis Internasional (Komintern). Gramsci mendukung Serrati yang merupakan pihak mayoritas dalam Konggres itu. Dalam periode yang sama, L’Ordine Nuovo sangat mendukung prinsip pembentukan dewan-dewan pabrik. Dalam bulan-bulan berikutnya, koran tersebut terlibat dalam pertempuran pikiran mengenai topik ini. FIOM4 cabang Turin menyetujui prinsip tersebut, dan membentuk sebuah panitia untuk mempelajari persoalan tersebut, serta mendesak Dewan Buruh untuk pada gilirannya menyetujui sebuah mosi yang mendukung pembentukan dewan-dewan pabrik. Prakarsa itu diperdebatkan secara luas dalam pers sosialis dari sudut-sudut pandang yang saling bertentangan. Gramsci sendiri berjuang dengan kegigihan polemik yang tiada kenal lelah, namun dengan tetap jernih, bahkan dalam argumen-argumennya yang tajam: ‘Kita harus melakukannya segalanya dengan berdikari, dengan kekuatan kita sendiri, dengan kesabaran kita sendiri: generasi sosialis Italia saat ini adalah anak dari dirinya sendiri’.
Kaum proletariat Turin pun siap untuk berjuang. Pada akhir tahun 1920, kaum industrialis melakukan penutupan pabrik-pabrik metalurgi dalam rangka agar pekerja dan buruh tak bisa masuk sebelum mereka menyetujui syarat-syarat yang ditentukan oleh kaum industrialis. Sebuah pemogokan umum diserukan, namun para buruh di Turin tetap harus berjuang sendirian karena gerakan pemogokan tak menyebar ke seluruh negeri. Setelah 10 hari, kaum industrialis menang dan membuka kembali pabrik-pabrik mereka dengan syarat-syarat yang telah ditetapkannya kepada kaum buruh. Pemogokan bulan April di Turin, yang didukung secara terbuka oleh kelompok L’Ordine Nuovo, telah ditolak oleh pemimpin Partai Sosialis dan oleh Konfederasi Buruh. Pemogokan itu pun berakhir dengan kekalahan di pihak kaum buruh. Namun koran Gramsci tampaknya malah mendapat energi baru. Pada tanggal 8 Mei, L’Ordine Nuovo menerbitkan sebuah editorial penting yang ditulis oleh Gramsci sendiri: Per un rinnovamento del partito socialista. Editorial itu, seperti yang dikatakan Lenin, merupakan sebuah dokumen yang mendasar, namun Partai Sosialis mengabaikannya. Sekali lagi, Gramsci dengan jernih mengatakan: ‘Fase perjuangan kelas saat ini di Italia’, demikian editorial itu menyatakan, ‘merupakan fase awal: baik bagi pengambilalihan kekuasaan politik oleh pihak kaum proletariat revolusioner demi terwujudnya transisi menuju cara-cara produksi dan distribusi yang baru yang akan memungkinkan dipulihkannya kembali produktivitas; atau bagi sebuah reaksi yang hebat di pihak kelas yang menguasai hak milik dan kasta yang berkuasa. Segenap bentuk kekerasan akan dijalankan untuk melemahkan kaum proletariat industri dan pertanian, untuk melemahkan buruh. Kelas yang menguasai hak milik dan kasta yang berkuasa akan berupaya untuk menghancurkan secara pasti organ-organ perjuangan politik dari kelas buruh (Partai Sosialis) dan menggabungkan organ-organ perlawanan ekonomi (serikat buruh dan koperasi) ke dalam mekanisme-mekanisme Negara borjuis’. Dan lebih dari itu, ‘Partai Sosialis akan tetap, bahkan setelah Konggres Bologna, merupakan sebuah partai parlementer, yang diam tak bergerak dalam batas-batas sempit demokrasi borjuis, yang hanya peduli dengan pernyataan-pernyataan politik yang superfisial dari kasta yang berkuasa... Partai seharusnya memiliki identitasnya sendiri yang berbeda dan tegas. Dari sebuah partai parlementer borjuis kecil, partai Sosialis harus menjadi partai kaum proletariat revolusioner yang berjuang untuk kebangkitan masyarakat komunis melalui pembentukan Negara Buruh. Partai tersebut harus menjadi partai yang kohesif dan homogen yang memiliki doktrin-doktrinnya sendiri, taktik-taktiknya sendiri, dan kedisiplinan yang tegas dan tiada tara. Mereka yang bukan kaum komunis revolusioner harus dieliminasi dari partai. Kepemimpinan partai harus melepaskan diri dari kesibukan mempertahankan persatuan dan keseimbangan di antara tendensi-tendensi yang berbeda dan beragam pimpinan, dan mengarahkan segenap energinya untuk mereorganisasi kekuatan-kekuatan kelas buruh agar kokoh kuda-kudanya dalam perang’.
Dalam periode yang sama, Gramsci pergi ke Florence untuk turut serta sebagai seorang pengamat pada konferensi faksi komunis Bordiga yang menganut paham abstaintionisme. Sementara di satu sisi dia terus berjuang menentang pemikiran-pemikiran paham abstaintionisme yang murni dan dangkal, di sisi lain Gramsci membawa perselisihannya dengan Tasca yang telah berlangsung selama beberapa waktu mengenai fungsi yang harus dimainkan oleh dewan-dewan pabrik ke arah yang semakin memuncak. Tasca berpandangan bahwa dewan-dewan pabrik itu haruslah hanya berperan sebagai sebuah serikat buruh dan tidak menjadi pusat-pusat organisasi politik yang revolusioner.
Pada Konggres Kedua Komunis Internasional pada tanggal 19 Juli sampai 7 Agustus, yang menetapkan syarat-syarat tegas bagi keanggotaan partai ke dalamnya (yang disebut sebagai ‘duapuluh satu poin’), Lenin meminta Partai Sosialis Italia untuk menyingkirkan semua kaum reformis dari partai. Dan dia menambahkan, ‘Mengenai Partai Sosialis Italia, Konggres Kedua dari Internasional Ketiga sangat mempertimbangkan kebenaran dari kritik partai dan usulan praktis yang diterbitkan sebagai resolusi kepada Dewan Nasional Partai Sosialis Italia oleh cabang partai di Turin dalam koran L’Ordine Nuovo pada tanggal 8 Mei 1920. Kritik dan usulan tersebut cocok sepenuhnya dengan segenap prinsip-prinsip fundamental Internasional Ketiga. Karena itu, Konggres Kedua dari Internasional Ketiga meminta Partai Sosialis Italia untuk mengadakan sebuah konggres darurat partai untuk mengkaji usulan-usulan tersebut dan mengkaji semua keputusan dari dua konggres Komunis Internasional, untuk mengoreksi garis partai dan untuk membersihkan partai dan di atas semua itu untuk membersihkan semua kelompok parlementernya dari elemen-elemen non-komunis.’
Pada bulan Agustus, Gramsci membentuk sebuah kelompok kecil ‘Pendidikan Komunis’, yang memiliki kedekatan dengan faksi Bordiga dan yang menentang pemikiran yang dianut oleh para kameradnya, yaitu Togliatti dan Terracini. Pada saat yang bersamaan, dia mengembangkan argumen yang menentang Tasca, dan menerbitkan sebuah artikel dalam L’Ordine Nuovo yang merupakan sebuah upaya penilaian yang luas terhadap gerak langkah koran tersebut (‘Il programma dell ‘Ordine Nuovo’): ‘Apakah L’Ordine Nuovo itu pada terbitan-terbitan awalnya? Yaitu antologi, tak lebih dari sebuah antologi; media ini merupakan sebuah majalah mingguan yang bisa saja terbit di Naples, di Caltanissetta, di Brindisi; media ini merupakan sebuah majalah mengenai kultur yang abstrak, mengenai informasi abstrak, dengan kecenderungan untuk menerbitkan cerita-cerita burung yang memuakkan dan goresan-goresan pena yang didasarkan niat baik. Inilah L’Ordine Nuovo pada terbitan-terbitannya yang pertama: sebuah produk yang tak koheren dari intelektualisme serba tanggung, yang secara membuta meraba-raba mencari sebuah ideologi dan cara bertindak.’ Maka, perlu dilakukan sebuah perubahan radikal, yang terutama ialah terhadap mereka yang menginginkan dan menerapkan orientasi serba tanggung tersebut. ‘Kami, Togliatti dan saya, merencanakan sebuah kudeta keredaksian; problem mengenai komisi-komisi internal telah diulas secara eksplisit dalam majalah mingguan nomer 7; beberapa hari sebelum penulisan artikel tersebut, saya telah mendiskusikan garis pemikiran artikel tersebut dengan kamerad Terracini. Dia mengungkapkan persetujuan penuhnya terhadap pemikiran teoretis dan praktis tulisan tersebut. Artikel tersebut dimuat dengan persetujuan Terracini dan dengan bekerjasama dengan Togliatti, dan kemudian terjadilah apa yang kam telah ramalkan: kami, Togliatti, Terracini dan saya diundang untuk mengadakan diskusi dalam klub-klub pendidikan komunis, dalam rapat-rapat buruh pabrik. Kami diundang oleh komisi-komisi internal untuk berdebat dalam rapat-rapat terbatas para simpatisan dan agen koran L’Ordine Nuovo. Kami pun melangkah maju; problem pembangunan komisi internal bagi kami merupakan problem “kebebasan” proletarian. Bagi kami dan bagi mereka yang mengikuti kami, L’Ordine Nuovo menjadi “korannya dewan-dewan pabrik”; para buruh mencintai L’Ordine Nuovo... karena mereka menemukan sebagian dari diri mereka sendiri ada dalam artikel-artikel di koran tersebut, dan sebagian tersebut adalah bagian-bagian terbaik dari diri mereka.’
Sekali lagi, berlangsunglah sebuah perjuangan habis-habisan. Yaitu penguasaan pabrik-pabrik. Selama hampir satu bulan penuh selama bulan September, para pekerja industri logam berjuang dan menduduki tempat-tempat kerja mereka setelah kaum industrialis mengancam atau telah melakukan penutupan pabrik-pabriknya. Perjuangan itu meluas ke seluruh Italia. Pemerintahan Giolitti sendiri mengambil sikap yang tampaknya netral. Muncul banyak harapan di kalangan kelas buruh. Barangkali, inilah momen revolusi yang telah dinanti sekian lama. Gramsci mengingatkan para buruh yang menduduki pabrik-pabrik tersebut untuk tidak terlena dalam ilusi bahwa pendudukan pabrik-pabrik dalam dirinya sendiri akan bisa memecahkan semua problem politik yang muncul di hadapan kelas buruh sebagai buah dari revolusi. Dan ketika gerakan pendudukan itu tak menghasilkan apa-apa (kecuali janji dari Giolitti untuk membuat sebuah Undang-undang mengenai partisipasi buruh dalam pengelolaan teknis dan administratif perusahaan-perusahaan), Gramsci berkomentar, ‘Sudah jelas bahwa reaksi yang muncul di Italia tengah menguat dan akan berusaha untuk semakin memperkuat dirinya dengan hebat dalam jangka waktu yang tak terlalu lama. Reaksi semacam itulah yang akan selalu muncul, yang akan mematuhi hukum-hukum perkembangannya sendiri, dan yang akan memuncak dalam terorisme yang paling kejam yang pernah ada dalam sejarah.’
Yang jelas, pada saat itu, untuk pertama kalinya Gramsci bisa merasakan dengan kuat drama kaum proletariat di Italia. Namun, pepatah Romain Rolland, ‘kehendak yang optimis, namun dengan kecerdasan yang pesimis’ (optimism of the will, pessimism of the intelligence), yang menjadi pegangan Gramsci, menjadi semakin nyata artinya di matanya bahkan dalam minggu-minggu tragis yang menjadi saksi menggumpalnya badai fasis, ‘Kami begitu yakin dan gelora passi kami bagi banyak orang akan tampak sebagai keyakinan yang buta...’ Atas dasar keyakinan inilah, dia berpartisipasi pada akhir November dalam pembentukan secara resmi faksi komunis pada pertemuan di Imola. Saatnya sekarang telah tiba karena sebentar lagi akan berlangsung Konggres Partai Sosialis. Pada tanggal 24 Desember 1920, mingguan Ordine Nuovo menghentikan penerbitannya dan sejak 1 Januari diubah menjadi organ harian faksi komunis dari Partai Sosialis. Harian Ordine Nuovo mempercayakan keredaksiannya kepada Gramsci yang saat itu menjadikan pepatah Lassalle, ‘Mengatakan kebenaran adalah revolusioner’ (To tell the truth is revolutionary), sebagai subtitel harian tersebut. Gramsci dibantu oleh banyak kontributor lama harian tersebut, seperti Togliatti, Pastore, Leonetti, atau pekerja-pekerja muda seperti Mario Montagnana. Gramsci mempercayakan kritik drama dalam harian tersebut kepada Pietro Gobetti, seorang liberal muda yang telah menjalin hubungan dan perdebatan dengan generasi komunis Turin. Bagi Gobetti, pengetahuan tentang problem-problem nyata kelas buruh merupakan sebuah penyingkapan dan sekaligus pemberontakan (revelation and revolution). Kelak dia berkomentar mengenai L’Ordine Nuovo bahwa harian itu merupakan ‘satu-satunya dokumen jurnalisme Marxis dan revolusioner yang memiliki ketegasan ideologis yang pernah diterbitkan Italia’. Dia menambahkan dalam bukunya La rivoluzione liberale, yang diterbitkan ulang oleh Einaudi (1964): ‘Perselisihan yang terjadi antara L’Ordine Nuovo dengan Serrati pada dasarnya adalah mengenai hal berikut: bagi pihak yang pertama, front aksi bersatu kaum proletariat harus berada dalam parit-parit perjuangan paling depan dalam melawan musuh; sementara bagi pihak yang kedua, front tersebut harus menjadi garda belakang. Serrati berpandangan bahwa pengambilalihan kekuasaan merupakan puncak dari gerak naiknya massa (dan pandangan ini merupakan utopia Mazzinian yang kabur dan abstrak), sementara Gramsci percaya bahwa gerak naiknya massa hanya mungkin terjadi lewat pengambilalihan kekuasaan. Antitesis di antara kedua konsepsi ini, dimana yang satu demokratis dan yang lain Marxis, telah muncul sejak April 1920’. Dan dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tanggal 22 April 1924, dia mengatakan lebih jauh, bahwa mengenai sosok Gramsci, ‘Dia memiliki pikiran revolusioner... Lebih dari sekedar seorang ahli taktik atau seorang pejuang, Gramsci adalah seorang nabi.’ Dan dia menulis lagi dengan intuisinya yang pandai terhadap orang dan benda, ‘Dia memiliki sifat pesimis yang bagus’.
Dari tanggal 15 sampai dengan 21 Januari, Konggres ke-17 Partai Sosialis Italia yang bersejarah yang diadakan di Leghorn5. Selain wakil Komunis Internasional, orang-orang Italia, yaitu Terracini, Bordiga dan Bombacci turut berbicara atas nama faksi komunis. Mayoritas suara Konggres mendukung faksi komunis unitarian Serrati (98.028 suara). Mosi komunis tulen, meski mendapatkan dukungan terbuka dari pihak Internasional, hanya mendapat 58.783 suara. 14.695 suara lainnya lari ke mosi reformis. Gramsci sendiri tidak turut berbicara di hadapan seluruh peserta Konggres, meski demikian sekelompok kaum reformis dan delegasi Serrati yang secara terbuka memusuhinya, dan secara lantang mengingatkan kembali akan masa lalu Gramsci yang diduga menganut paham intervensionis (sebuah sindirian atas artikel Gramsci ‘Neutralità attiva ed operante, yang diterbitkan pada tahun 1914 dalam Il Grido del Popolo) dan paham idealis dan ‘voluntaris’ yang dianut Gramsci. Dalam sebuah catatan dari penjara, yang sekarang dimuat dalam Passato e presente, Gramsci mengenang saat-saat tersebut dan tuduhan-tuduhan tersebut, dan menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai karakter politik dan moral dari saat-saat itu. ‘Ada begitu banyak demagog yang menentang kaum intervensionis, bahkan meski sebenarnya pada usia yang sangat muda, para demagog sendiri adalah kaum intervensionis. Mosi yang telah mereka susun -namun kemudian ditolak oleh partai- merupakan satu-satunya jalan bagi mereka untuk memeras dan mengintimidasi individu-individu dan tak lebih dari penyataan-pernyataan yang bersifat demagogis. Sebenarnya, hal itu tak merintangi diterimanya mosi Nenni (dan juga Fransesco Repaci), dan malah membenarkan pandangan politik partai yang tak boleh menjadikan anti-intervensionisme sebagai poros dari aktivitasnya. Mosi anti-intervensionisme itu dipakai hanya untuk melancarkan penganiayaan penuh kebencian dan personal terhadap kelompok-kelompok borjuis kecil.. Jenis politik macam inilah yang mengelak dari problem-problem mendasar, problem kekuasaan, dan yang menyalurkan perhatian dan gelora passi massa ke arah tujuan-tujuan sekunder. Politik semacam itu secara hipokrit menutupi tanggung jawab historiko-politik dari kelas yang berkuasa, dan membelokkan kemarahan rakyat ke arah alat-alat kebijakan kelas penguasa yang kongkret dan seringkali tak penting. Politik semacam itu pada dasarnya merupakan kepanjangan dari politik Giolittian’. Setelah kekalahan yang dialami di Konggres, kaum komunis memutuskan untuk membentuk Partai Komunis Italia pada tanggal 21 Januari, yang merupakan cabang dari Internasional Ketiga. Gramsci, yang sebenarnya tidak dicalonkan sebagai anggota Dewan Pengurus, malah terpilih sebagai anggota Central Ccommittee. Dari kelompok Ordine Nuovo, hanya Terracini yang menjadi Dewan Pengurus; anggota-anggota Dewan Pengurus lainnya hampir semuanya ialah mereka yang bersepaham dalam berbagai tingkatannya dengan Bordiga.
Lalu, dimulailah sebuah periode polemik yang tajam dan sektarian. Sektarianisme ini bisa dijelaskan dalam iklim yang memanas setelah perang. Iklim ini tercipta akibat perpecahan yang menyakitkan yang terjadi dalam kelas buruh yang terbelah di Leghorn menjadi kekuatan-kekuatan sosialis dan komunis, dan oleh intimidasi tajam yang dilakukan oleh kaum fasis dengan logika kelas yang tegas, sebuah kampanye kekerasan yang mendapatkan dukungan terbuka dari seluruh aparatus pemerintah dan Negara. Negara tak lagi netral dalam pertarungan antara kaum revolusioner dan reaksioner: Giolitti telah memilih jalur yang dipilihnya dan sekali lagi mengubah taktik-taktiknya serta mengulurkan tangannya membantu kubu fasis. Artikel-artikel Gramsci sendiri terarah kepada dua tema. Di satu sisi, dalam cara yang menggusarkan, tak toleran dan kejam, dia menyerang aparatus serikat buruh dari Konfederasi Buruh dan para pemimpin Partai Sosialis karena paham reformisme yang mereka anut, karena kelambanan mereka, dan kecenderungan-kecenderungan terlalu mengutamakan omongan dalam politik mereka. Di sisi lain, dia mengajukan sebuah analisis yang tajam mengenai isi kelas dan orientasi dari gerakan fasis dan kekuatan-kekuatan yang menjadi juru bicaranya. Fasisme memiliki sebuah isi kelas yang ambigu dan kompleks yang membutuhkan sebuah analisis yang detil dan keberanian.
Tentu saja, kemudian berlangsunglah polemik yang bersifat pribadi, penghinaan-penghinaan yang menyakitkan, aksi balas dendam dan serangan-serangan yang picik dari pihak lawan. Gramsci seringkali harus membela diri dan membalas serangan itu. Dalam artikel-artikelnya yang seringkali diterbitkan tanpa tanda tangan dalam kolom-kolom L’Ordine Nuovo, dia menulis misalnya, ‘Tak ada yang kami sesali di masa lalu: kami harus memiliki kesadaran yang kokoh untuk tidak pernah memiliki niatan bertindak sekecil apapun yang bisa mencederai sekecil mungkin kelas buruh. Cukuplah bahwa para buruh Turin tahu bahwa kamerad Gramsci pernah dituduh menjadi kaptennya arditi6 karena mereka telah paham betapa rendah dan bodohnya kaum reformis saat marah. Biarlah Partai Komunis, satu-satunya hakim yang adil yang akan memutuskan martabat dan perbuatan kita.’ Seringkali, artikel-artikel ini bernada lebih personal lagi. ‘Koresponden Avanti! telah mengirim sebuah kabar yang luar biasa kepada koran ini: mayoritas anggota majelis dari utusan bengkel kerja dan kelompok-kelompok revolusioner di pabrik meneriakkan, “Hebat” kepada kamerad Gramsci... Jika koresponden Avanti! mengikuti majelis tersebut, dia akan bisa secara langsung menyaksikan pemandangan berikut: bersatunya mereka yang hadir, yang diantaranya adalah banyak sekali kaum anarkhis. Majelis itu secara mutlak (kecuali untuk dua, tiga atau empat suara saja) menyetujui pandangan yang diajukan oleh kamerad Gramsci. Sepertinya satu dan hanya satu orang saja yang berseru “Hebat”. Padahal sesungguhnya bukan satu orang, namun mayoritas Majelis yang menyerukan seruan itu. Bagi kami kaum komunis, hal ini bernilai penting secara politik karena seruan semacam itu merupakan sebuah tanda dari keadaan pikiran. Tak ada yang lebih bernilai dari hal ini....’ Pada pembacaan ulang artikel ini beberapa tahun kemudian, terlihat bahwa artikel tersebut justru memperlihatkan kehendak Gramsci untuk menarik sebuah pelajaran politik ketimbang pelajaran pribadi dari fakta-fakta yang ada; yaitu untuk mencapai intisari dari persoalan, untuk mengangkat ujaran-ujaran personal dan moralnya ke level bahasan yang bersifat mendidik dan politis. Bahkan, ada catatan ringkas dalam artikel tersebut yang menunjukkan hal tersebut. ‘Kami bukanlah kaum demagog seperti halnya Magdalenes dari kubu Maksimalis. Kami tidak mencita-citakan populeritasnya Masaniello,7 seperti yang dicita-citakan oleh banyak, bahkan oleh sangat banyak, kaum komunis. Dalam majelis utusan bengkel kerja, kaum komunis terus mendukung pemikiran bahwa dalam periode historis saat ini, setiap gerakan akan sanggup bertransformasi menjadi sebuah gerakan revolusioner. Karena itu, Kaum Komunis pula (di masa lalu, hal yang sama dilakukan oleh kaum Maksimalis, dan hari ini oleh kaum Magdalene yang telah bertobat) yang mengatakan bahwa periode saat ini merupakan periode yang revolusioner.
‘Kaum Komunis tak pernah mengatakan bahwa revolusi merupakan sebuah persoalan kehendak semata-mata: transformasi sebuah partai, penyingkiran kaum reformis, berpegang pada keyakinan terhadap Internasional, semua ini merupakan persoalan-persoalan kehendak, namun bukan revolusi...’
Di tengah-tengah serangan inilah, dua episode yang cukup signifikan dalam kehidupan Gramsci berlangsung. Dalam proses pemilu nasional bulan Mei pada tahun tersebut, Gramsci dicalonkan oleh Partai Komunis dari provinsi Turin, namun dia tak terpilih. Pada minggu-minggu yang sama, tampaknya dia berupaya untuk mengorganisir sebuah pertemuan dengan Gabriele D’Annunzio di Gardone, namun pertemuan itu tak pernah berlangsung karena sebab-sebab yang masih belum jelas. Serangan-serangan atas pribadi yang jauh lebih kejam yang dilakukan oleh kaum sosialis masih terus berlanjut dan Gramsci sering harus membela diri dalam kolom-kolom hariannya atau dalam koran-koran komunis. Tulisan berikut bersumber dari Falce e Martello. ‘Terhadap semua cerita-cerita burung yang disebarkan kaum reformis mengenai dirinya, kamerad Gramsci menjawab dengan tenang: Saya bergabung menjadi dewan redaksi Avanti! pada tanggal 10 Desember 1915. Saya adalah seorang redaksi Avanti! secara tanpa putus mulai 10 Desember 1915 sampai dengan 31 Desember 1920, selama lima tahun dua puluh hari. Dari ratusan ribu editorial, artikel-artikel berita, komentar, ulasan drama yang telah saya tulis untuk Avanti!, tak ada satu pun yang ditolak. Bahkan, ketika Serrati dipenjarakan di Turin, dia marah kepada Storchi, yang saat itu menjadi kepala redaksi di Milan karena dia tak memuat beberapa artikel yang telah saya kirimkan untuk kolom berita Turin di halaman depan. Saya bergabung dengan Avanti! pada saat ketika Partai Sosialis sedang terengah-engah dan ketika semua yang bisa menulis lari dan menanggalkan keanggotaan Partai. Saya bergabung dengan Avanti! secara sukarela dan atas dasar keyakinan. Awal Desember 1915, saya telah diangkat sebagai kepala sekolah dari sekolah tata bahasa di Oulx dengan gaji 2.500 lira dan tiga bulan liburan. Namun, pada tanggal 10 Desember 1915, saya malah mengambil pekerjaan di Avanti! dengan gaji 90 lira per bulan yang berarti 1.080 lira per tahun. Ada dua pilihan buat saya: jika saya memilih bekerja di Avanti! dengan gaji 90 lira per bulan dan terancam bahaya karena bekerja untuk sebuah koran sosialis, jika saya lebih memilih Avanti! ketimbang posisi kepala sekolah di Oulx dengan gaji 2.500 lira, tiga bulan liburan dan tanpa terancam bahaya, maka itu berarti bahwa saya digerakkan oleh sebuah keakinan dan pendirian yang mendalam. Saya adalah sekretaris cabang Sosialis setelah kejadian Agustus 1917. Pada saat yang bersamaan, karena Maria Giudice telah dipenjara, saya melanjutkan pekerjaan sebagai editor Il Grido del Popolo tanpa gaji (dari Avanti! saya mendapatkan 150 lira per bulan setelah digaji 90 lira selama setahun). Pada bulan November 1917, bersama Caporetto, saya dikirim oleh cabang Partai untuk mengadakan pertemuan rahasia yang diadakan oleh faksi Maksimalis di Florence. Karena semua inilah, saya percaya bahwa saya memiliki hak untuk menyatakan bahwa Mario Guarnieri, ketika dia menulis bahwa pada tahun 1914-1915 dan tahun-tahun berikutnya, tak ada seorang pun yang bisa membedakan saya dari musuh-musuh Partai Sosialis, saya percaya saya punya hak untuk menyatakan bahwa Mr. Mario Guarnieri adalah seorang yang betul-betul bajingan, bahwa dia adalah seorang yang sungguh-sungguh dan sepenuhnya pembohong...’
Pada bulan-bulan terakhir tahun 1921 dan pada bulan-bulan pertama tahun berikutnya, Gramsci dan kamerad-kamerad partainya terlibat dalam aktivitas politik dan pematangan ideologis. Bordiga memegang kekuasaan sentral dalam organisasi partai dan menerapkan kepribadiannya yang angkuh dan kaku terhadap partai. Pada saat itu, Togliatti dan Terracini tidak berbeda jauh dalam ide-ide dan pemikiran dengan yang dianut oleh Gramsci. Gramsci mem0ang terlihat dalam banyak hal bersepakat dengan keduanya, namun sebenarnya dia bergerak semakin menjauh dari keduanya dan merasa khawatir akan kemungkinan terciptanya sebuah perpecahan baru dan serius dalam aparatus partai. Di samping itu, belum waktunya untuk melakukan ‘pemberontakan’ terbuka karena tidak akan bisa dipahami atau diikuti oleh para anggota partai atau oleh kaum proletariat. Iklim inilah yang melingkupi usaha persiapan konggres kedua Partai Komunis. Jika kita mengesampingkan Konggres di Leghorn, maka konggres tersebut merupakan satu-satunya konggres yang tujuan tunggalnya ialah pembentukan sebuah partai baru dan membentuk dewan pengurus partai baru tersebut. Konggres kedua itu berlangsung di Roma dari tanggal 20 sampai 24 Maret 1922. Apa yang disebut sebagai ‘Tesis Roma’, yang terinspirasi dari gagasan Bordigis yang secara dogmatik menolak setiap kesepakatan atau persekutuan dengan partai-partai Kiri lainnya di Italia, disepakati oleh mayoritas dengan lebih dari 30.000 suara yang mendukung dan kurang dari 5.000 yang menentang. Bersama dengan Tasca, Gramsci berbicara tentang persoalan serikat buruh, dan dia berjuang mendesak agar partai menerima taktik ‘front bersatu’, yang sesungguhnya tercela dari sudut pandang politik karena merupakan persekutuan antar partai, namun bisa dijalankan pada level serikat buruh. Usulan-uulannya tidak diterima. Namun, Gramsci ditunjuk untuk mewakili partai dalam Komite Eksekutif Komunis Internasional di Moskow. Namun pada bulan Mei, dia mengundurkan diri karena kesehatannya yang memburuk.
Selama periode ini, politik Gramsci menjadi sangat matang. Visinya tak lagi bersifat nasional, apalagi provinsial atau kedaerahan seperti yang pernah dianutnya saat dia tinggal di Sardinia. Problem-problem kelas buruh Italia menjadi semakin jelas lagi dalam cahaya kejadian-kejadian dan situasi internasional. Pengalaman Bolsyewik ternyata bersifat menentukan bagi pembentukan visi politik Gramsci dan juga bagi dukungan langsung maupun tak langsung atas aktivitasnya yang diterimanya dari aparatus komunis internasional setelah dia kembali ke Italia. Di Moskow, dia menjadi anggota Pengurus Internasional, namun dengan segera keadaan kesehatannya memburuk sehingga memaksanya untuk masuk sanatorium. Di sana, dia bertemu dengan Julia Schucht, yang kelak menjadi istrinya. Namun, dia masih tetap menjalin kontak dengan para pemimpin Internasional dan pemerintahan Bolsyewik, bahkan dalam hal-hal yang kelihatannya merupakan problem-problem sekunder seperti ketika dia menulis beberapa halaman catatan dan pengamatan mengenai masa depan Italia kepada Trotsky.
Sementara itu, situasi di Italia menuntut tindakan segera. Setelah bergerak pada tanggal 28 Oktober 1922 di Roma, kaum fasis berhasil merebut kekuasaan. Dengan tiba-tiba, perspektif partai-partai kelas buruh berubah secara radikal. Apa yang dulu pernah ditakutkan sebagai kejahatan terburuk (yaitu kesepakatan dengan atau fusi langsung kaum komunis dengan kaum sosialis) sekarang malah kelihatannya lebih disukai. Komisi bersama mengenai penyatuan partai dibentuk baik oleh kaum komunis maupun sosialis, dan memulai kerja mereka dalam iklim yang saling tidak mempercayai dan saling curiga karena adanya adanya rasa permusuhan yang nyata terhadap proyek penyatuan semacam itu di kalangan para pemimpin Partai Komunis. Para pemimpin Partai Komunis sebenarnya telah memberikan jalan bagi dimulainya negosiasi yang untuk sebagian besar tidak keluar dari semangat kedisiplinan terhadap Internasional. Proyek itu pun menguap begitu saja.
Dalam bulan-bulan pertama tahun 1923, mayoritas para pemimpin Partai Komunis ditangkap oleh polisi. Gramsci selamat karena dia tengah berada di Moskow, namun surat penangkapan terhadapnya telah dikeluarkan.
Terracini yang dipercaya untuk melakukan reorganisasi partai, dan sejumlah pemimpin baru dipanggil untuk menjadi anggota-anggota organ-organ pengurus harian.
Pada bulan April dan Mei berikutnya, berlangsunglah episode kehidupan politik Gramsci dan salah satu kejadian yang bersifat fundamental dalam sejarah Partai Komunis Italia. Kita saat ini bisa merekonstruksi kembali episode tersebut dengan tingkat keterandalan dan rincian yang tinggi karena terbitnya buku karya Palmiro Togliatti: La formazione del gruppo dirigente del partito comunista italiano nel 1923-24.8 Buku tersebut berhasil mendokumnetasikan bulan demi bulan, bahkan nyaris hari demi hari gerak semakin menjauhnya Gramsci dari tesis yang dipegang oleh Bordiga. Pada mulanya, Terracini dan Togliatti, dua mantan anggota staf Ordine Nuovo, mendukung Bordiga, namun kemudian mereka melepaskan pemikiran tersebut dan sekali lagi mengambil pemikiran yang lebih dekat dengan Gramsci dan mendukungnya sepenuhnya dalam pertarungan politik yang dilakukan Gramsci untuk mentransformasi kepemimpinan dan tujuan-tujuan politik Partai Komunis Italia. Langkah pertama berlangsung persis dalam bulan-bulan April dan Mei ini. Dari penjara, Bordiga berhasil mengirimkan sebuah dokumen kepada pemimpin partai yang isinya bersikap kritis terhadap Internasional, dan yang terutama terhadap pemikiran Internasional mengenai masalah fusi antara kaum sosialis dan kaum komunis. Meskipun pada awalnya, dokumen tersebut diterima oleh Terracini, Togliatti dan Scoccimarro tanpa ada keberatan yang pokok, namun dokumen itu mendapatkan tentangan yang kuat dari Gramsci yang tak bersedia menandatanganinya. Konflik-konflik internal ini mendorong intervensi pihak Eksekutif dari Internasional yang kemudian menetapkan sebuah Komite Eksekutif yang baru dalam Partai Komunis Italia. Situasi ini memaksa Bordiga dan Grieco untuk mengundurkan diri dari Central Committee. Gramsci sekarang menjadi pemimpin utama partai, dan mendapat dukungan terbuka dari Internasional. Karena tak lagi dikuasai oleh kelompok Bordiga, dan berhasil merebut kembali kepercayaan dari kamerad-kamerad lama seperti Terracini dan Togliatti, Gramsci9 meletakkan fondasi baru dalam partai dan menyuarakan adanya kebutuhan untuk membentuk sebuah aliansi kaum buruh proletarian di Utara dengan massa petani di Selatan.
Sementara itu, sekali lagi pihak polisi dari negara fasis yang baru menangkapi para pemimpin partai komunis yang ada di Italia. Namun, tuduhan-tuduhan terhadap Bordiga dan para pemimpin lain dibatalkan pada sidang pendahuluan dan hasil sidang berakhir dengan keputusan bebas total dan menyeluruh. Menjelang akhir tahun itu, Gramsci pergi ke Moskow dan kemudian ke Wina agar bisa memperhatikan secara lebih baik kejadian-kejadian yang ada di Italia. Dia masih menjaga hubungan yang sangat dekat dengan banyak pemimpin partai komunis, terutama lewat surat. Sebagian besar surat yang ditulis selama periode ini, yang bernilai penting untuk memahami evolusi pemikiran Gramsci dan untuk memahami proses transformasi yang berlangsung dalam tubuh partai dan dalam perjuangan politiknya, sekarang telah dimuat dalam buku karya Togliatti yang telah disebutkan sebelumnya. Meski kondisi kesehatannya memburuk, Gramsci tetap sibuk bekerja, bahkan dalam minggu-minggu yang disebut oleh Terracini sebagai saat dimana ‘penyakit syaraf lamanya’ kambuh. (Terracini menegaskan hal ini lagi dalam surat-suratnya yang lebih kemudian).
Gramsci merencanakan seri baru L’Ordine Nuovo dan sebuah majalah triwulan mengenai studi-studi Marxis. ‘Kamu tentu telah melihat,’ tulisnya kepada Terracini pada bulan Januari 1924, ‘proposal yang telah saya ajukan kepada pihak Eksekutif partai mengenai penerbitan sebuah majalah triwulan dalam format besar (250 – 300 halaman setiap tiga bulan) yang akan berjudul Critica Proletaria. Saya percaya bahwa proposal itu akan diterima dan akan diwujudkan dalam beberapa bulan. Saya telah membuat garis besar terbitan pertamanya sebagai berikut:
1.Manifesto-program, dimana yang menjadi penulisnya adalah saya.
2.Bordiga: problem-problem taktik-taktik proletarian.
3.Graziadei: Akumulasi modal menurut Rosa Luxemburg.
4.Tasca: Problem-problem sekolah dan reformasi Gentile.
5.Scoccimarro: Perspektif mengenai pemerintahan kaum buruh dan petani di Italia.
6.Longobardi atau Pastore: Struktur industri di Italia.
7.Terracini: Program Komunis Internasional.
8.Togliatti: Problem Vatikan.
9.Berita: Ekonomi, keuangan, politik, militer, internasional, serikat buruh, dan mengenai kehidupan kelas buruh.
10.Ulasan pustaka.
Penulis artikel harus memasukkan daftar kepustakaan sastra yang bersifat kritis mengenai subyek yang tengah dibahasnya.
11.Catatan harian politik.
12.Daftar isi majalah dan koran.
Gramsci sekarang telah memutuskan, diantaranya untuk mengembangkan sebuah kepemimpin komunis yang baru dan bertarung melawan pemikiran yang ekstremis dari pemikiran Bordiga. Tentu saja, pertarungan itu adalah pertarungan yang berat, baik saat dulu maupun sekarang. Selalu muncul pertanyaan, ‘Apakah yang akan terjadi jika saya tidak bermanuver seperti yang untungnya saya lakukan?’
Pada tanggal 12 Februari, terbitlah terbitan pertama harian partai seperti yang diinginkan Gramsci dengan judul seperti yang dia inginkan, L’Unitá. Keredaksiannya dipercayakan kepada Alfonso Leonetti. Sementara itu, Gramsci hampir secara sendirian tengah mempersiapkan terbitan pertama dari dua mingguan Ordine Nuovo yang terbit di Roma pada 1 Maret. Dalam terbitan pertama itu, dicantumkan pernyataan tujuannya. ‘L’Ordine Nuovo bertujuan untuk mengilhami garda depan revolusioner di kalangan massa buruh dan petani yang sanggup menciptakan sebuah negara dewan-dewan buruh dan petani serta kondisi-kondisi bagi kebangkitan dan stabilitas masyarakat komunis’. Beberapa minggu kemudian, dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Togliatti, Gramsci berkesempatan untuk menjelaskan kepada dirinya sendiri dan kepada kamerad-kameradnya cakupan aksi dan tujuan dari perjuangan. ‘Saya akan menjawab tuduhan anda terhadap dua terbitan pertama (L’Ordine Nuovo). Keterpisahan yang saya alami selama jangka waktu yang lama, dan yang masih saya alami, telah menumpulkan kemampuan otokritik saya. Kadangkala, saya kelihatannya melakukan hal-hal yang sepenuhnya artifisial, berjarak dari kehidupan. Namun, kita mesti berupaya serius untuk mengorganisir kontribusi-kontribusi, karena jika tidak L’Ordine Nuovo pasti akan kehilangan arti pentingnya. Jangan kita lupa bahwa saat ini, majalah itu berbentuk dua mingguan dan bukan mingguan dan tak lagi menjadi milik dari sebuah gerakan tertentu seperti misal gerakan dewan-dewan pabrik tahun 1919 - 1920. Posisi inilah yang membentuk karakter majalah ini saat ini, dan ini harus diorganisir. Karakter yang baru juga harus tercermin dalam lay out majalah tersebut. Menurut saya, editorial yang ada harus ditindaklanjuti dengan sebuah ulasan politik terhadap apa yang terjadi selama dua minggu terakhir, dan ulasan ini mungkin bisa mengisi halaman tiga sepenuhnya. Dalam ulasan tersebut, seluruh aspek dari kejadian-kejadian di Italia harus dikomentari dari kacamata program jangka pendek dari pemerintahan buruh dan petani dan doktrin umum kita. Saya rasa, andalah yang berhak memikul tanggung jawab kolom yang harus bersifat mengikuti perkembangan terkini itu, yaitu perkembangan sampai dengan saat diterbitkannya dua mingguan itu. Anda akan bisa melakukan tugas ini dengan sangat bagus jika anda bersedia dan punya waktu.
‘Tujuan spesifik dari majalah ini, menurut saya, haruslah tetap pabrik dan organisasi buruh pabrik. Jika anda bersedia menerimanya, anda bisa menjalankan program yang telah saya tunjukkan kepada anda dalam surat terakhir saya secara ideologis dan praktis. Saya sendiri merasa seperti sedikit berada di awang-awang: saya selalu khawatir menjadi berjarak dari realitas kongkret dan tengah membangun rumah di atas angin. Karena itu, saya akan merasa bahagia jika anda bersedia memberikan penilaian analitis anda terhadap usulan-usulan dan opini-opini saya yang telah saya sampaikan kepada anda bukan sebagai perintah, namun sebagai saran. Bahkan, saya sendiri selalu bergantung pada konfirmasi rinci anda sebelum menganggapnya sebagai benar dan sebelum bisa menarik setiap konsekuensi dan aspek darinya. Kita memang harus berupaya untuk membangun kembali di antara kita sebuah lingkungan seperti yang pernah kita miliki pada tahun 1919 – 1920 dengan sarana-sarana yang kita miliki saat ini. Jadi, tak ada prakarsa yang akan diambil jika tidak diuji dengan realitas, jika opini para buruh mengenai prakarsa itu dari berbagai sudut pandang tidak digali. Dengan begitu, prakarsa-prakarsa kita hampir selalu memiliki keberhasilan yang luas dan tak terbantahkan, dan hadir sebagai interpretasi atas sebuah kebutuhan yang dirasakan secara meluas dan di mana-mana, tak pernah sebagai sebuah aplikasi dingin dari sebuah skema intelektual. Saya terbiasa bekerja seperti itu; ketidakberadaan saya di Italia selama jangka waktu yang lama telah membuat saya tak terbiasa dengan lingkungan baru dan dengan metode-metode kerja yang baru. Ketidakberadaan saya itu telah membuat saya tidak bisa menciptakan buat diri saya sendiri cara-cara berkomunikasi dengan massa dan merasakan detak jantung mereka seperti yang anda bisa lakukan. Kelemahan ini terasa begitu kuat sehingga kadangkala saya mengalami demoralisasi.’
Yang terakhir, dia sanggup masuk kembali ke Italia pada bulan Mei setelah terpilih menjadi seorang anggota Dewan Perwakilan untuk daerah pemilihan Veneto. Sudah dua tahun, dia meninggalkan Italia. Dan situasi Italia sungguh sangat telah berubah. Selama periode inilah, berlangsung konferensi pertama Partai Komunis Italia di Como. Gramsci bisa ikut serta di dalamnya bersama-sama dengan para wakil Central Committee dan federasi provinsi. Untuk pertama kalinya, dia secara terbuka dan ‘secara resmi’ menyerang garis politik Bordiga di depan para pemimpin organisasi komunis. Problem yang menjadi sumber perselisihan ini merupakan problem yang besar dan bertahan lama. Konflik di antara keduanya muncul bukan karena alasan-alasan pribadi atau dari ambisi akan kekuasaan. Konfliknya tidaklah dibuat-buat. Dalam surat yang telah dikutip di atas, Gramsci menulis, ‘Dengan Amadeo (Bordiga), persoalan yang muncul sangat berbeda dan jauh lebih sulit. Saya percaya bahwa dia adalah seorang yang teguh pendirian. Saya bahkan percaya bahwa dia akan lebih suka mengundurkan diri dari partai dan Internasional ketimbang harus bekerja melawan kepercayaan-kepercayaannya. Jika bukan karena hal ini, jika bukan karena saya selalu memegang keyakinan tersebut secara mendalam, saya mungkin akan mengambil sikap yang berebda sejak lama, sejak tahun 1921... Sikap-sikap saya.. tidak muncul dari ruang kosong, namun selalu diturunkan dari kekhawatiran mengenai apa yang akan dilakukan Amadeo jika saya telah menjadi oposisi baginya. Dia pasti akan mengundurkan diri, dan hal ini akan menyebabkan sebuah krisis, karena dia sendiri tak akan pernah mau berkompromi. Upaya Chiarini, yang telah saya bahas di tempat lain, memperlihatkan bahwa jika saya menentang Amadeo, pihak Internasional pasti akan mendukung saya. Namun, apa gunanya jika partai yang diorganisir secara begitu sulit selama perang saudara malah terus-menerus menjadi sasaran serangan Avanti! yang akan memanfaatkan setiap perselisihan di antara kita agar bisa menghancurkan kita? Saat ini, situasinya tak banyak berubah sehingga sikap-sikap saya terhadap pemikiran Amadeo tetap tak berubah. Namun, saya rasa partai tak akan bisa berbuat banyak tanpa kerja sama dirinya. Jadi, apa yang harus dilakukan?’
Tentu saja, partai tahu apa yang harus dilakukan karena mayoritas besar federasi provinsi masih menjadi pengikut setia garis Bordiga, bahkan saat konferensi di Como. Tugas yang harus dilakukan partai sendiri sungguh besar. Gramsci terpilih anggota Komite Eksekutif partai dan pindah ke Roma. Pada tanggal 10 Juni, Giacomo Matteotti diculik dan dibunuh oleh pembunuh-pembunuh bayaran yang disewa oleh kaum fasis. Gramsci sendiri turut serta dalam pertemuan-pertemuan oposisi Aventine10 dan mengusulkan sebuah pemogokan umum yang bersifat politik. Namun karena usulan itu diajukan oleh seorang komunis, maka usulan itu ditolak. Sementara itu, Gramsci secara radikal mengubah organisasi partai dengan membentuk struktur ‘sel’. Dia-lah yang mengarahkan keseluruhan kebijakan partai, dan dia terus melanjutkan perdebatan melawan Bordiga bahkan secara lebih sengit lagi. Sementara di Moskow, selama periode ini, Julia melahirkan anak pertama Gramsci, Delio.
Hubungan-hubungan antara kaum komunis dengan para wakil Aventine terlihat semakin memburuk. Usulan bagi pembentukan sebuah Parlemen Oposisi (dengan kata lain, memproklamirkan bahwa satu-satunya Parlemen yang secara sah mewakili bangsa Italia ialah yang dibentuk oleh para wakil Aventine) juga ditolak. Mussolini dengan cerdik mengambil keuntungan dari perselisihan di antara musuh-musuhnya dan dari jalan buntu yang dialami oleh musuh-musuhnya yang merasa terperangkap dalam sebuah lorong buntu tanpa tahu bagaimana harus melarikan diri. Gramsci lalu pergi ke Sardinia selama beberapa hari untuk terlibat dalam propaganda dan organisasi politik serta menghabiskan waktu dengan keluarganya. Dia kemudian pergi ke Moskow. Namun, kemudian berlangsunglah kejadian-kejadian yang berubah arah. Kaum komunis memutuskan untuk meninggalkan oposisi parlementer dan masuk kembali ke Dewan Perwakilan. Mussolini marah besar terhadap Aventine dan memproklamirkan awal dari kontrol total fasis. Gramsci kemudian kembali ke Roma pada bulan Mei dan memberikan sebuah pidato di Dewan Perwakilan menentang undang-undang perkumpulan rahasia yang diajukan oleh Mussolini dan Alfredo Rocco. Pidatonya itu diikuti dengan penuh perhatian, bahkan meski terus-menerus diinterupsi oleh kaum fasis dan oleh Mussolini sendiri. Ramalan Gobbetti pun menjadi kenyataan. ‘Jika Gramsci berbicara di Montecitorio,11 dia akan menyaksikan kaum fasis mendengarkan dengan seksama dan terdiam agar bisa mendengarkan suaranya yang kecil dan lemah.’
Musim panas itu sungguh mendebarkan. Perselisihan secara terbuka dengan Bordiga mencapai puncaknya setelah munculnya prakarsa yang diajukan oleh para pendukung Bordiga untuk membentuk sebuah faksi sayap kiri di dalam tubuh partai. Setelah berdebat secara terbuka dengan Bordiga di Naples di depan kaum militan, dan setelah menerima persetujuan dari Jules Humbert-Droz, wakil Internasional, untuk melaksanakan pekerjaannya, Gramsci memutuskan untuk membubarkan faksi sayap kiri tersebut. Julia menyusul Gramsci di Roma bersama dengan anak laki-laki mereka. Bagi Gramsci, tahun 1925 ini merupakan sebuah tahun perpisahan dengan kehidupan keluarga dan partai. Polisi menggeledah rumahnya. Dia harus bersiap-siap menghadapi pertempuran besar dalam Konggres Ketiga partai. Dia lalu menyusun tesis yang akan diajukan ke Konggres bersama dengan Togliatti. Konggres berlangsung pada bulan Januari tahun 1926 di Lyons demi alasan keamanan. Kali ini, situasinya telah sangat berubah jika dibandingkan dengan pertemuan klandestin sebelumnya di Como. Suara yang mendukung Gramsci mencapai 90,08%, sementara suara yang mendukung Bordiga hanya 9,02%. Pada akhirnya, Gramsci bisa melancarkan slogan aliansi antara kuam buruh dan kaum petani di atas basis dokumen-dokuemn Internasional yang paling baru. Julia sekali lagi pergi ke Moskow untuk melahirkan anak kedua.
Di Moskow, pertarungan untuk menggantikan posisi Lenin berlangsung sengit-sengitnya. Stalin dan Trotsky saling berhadapan satu sama lain. Dampak dari pertarungan di pucuk pimpinan partai Bolsyewik itu cukup serius terhadap Partai-Partai Komunis di negara-negara Barat. Pada tanggal 14 Oktober, Gramsci mengirimkan sebuah surat kepada Central Committee PKUS untuk menegaskan bahaya besar yang akan bisa tercipta sebagai dampak dari pertarungan internal ini bagi front buruh dan bagi keyakinan massa akan para pemimpin mereka. Togliatti, yang tengah berada di Moskow sebagai wakil Partai Komunis Italia, tidak menyetujui surat tersebut yang terutama bersifat kritis terhadap Stalin dan mayoritas Bolsyewik (yang sama sekali tidak mendukung tesis-tesis Trotsky), dan mencegah agar surat tersebut tak sampai ke tujuannya. Dia menjelaskan alasan di balik sikapnya itu kepada Gramsci, dan juga memberitahu Gramsci bahwa dia telah membacakannya kepada Bukharin. Gramsci menjawab dengan gerah dan menunjukkan ketidaksetujuannya. Meski kami memiliki sebuah salinan dari surat yang dikirimkan Gramsci ke Central Committee PKUS, namun jawaban kedua dari Gramsci tak kami miliki.12 Selama bulan Oktober tahun yang sama, Gramsci menyusun sebuah esai yang masih belum rampung, berjudul Alcuni temi della quitione meridionale.
Sementara itu, polisi fasis tengah memburu seluruh wakil oposisi. Gramsci yang diminta oleh pemimpinan partai untuk pindah ke Swiss demi keamanannya, lebih memilih tetap tinggal di Italia. Pada awal bulan November, dia tak bisa mencapai tempat yang dijanjikan untuk melakukan sebuah rapat rahasia, dimana di dalamnya Humbert-Droz menjelaskan dampak dari dan tingkat keseriusan perselisihan antara kelompok Stalin dengan kelompok penentangnya. Gramsci dihentikan di perjalanan oleh polisi dan dipaksa untuk kembali ke Roma. Beberapa hari kemudian pada tanggal 8 November, setelah ‘tindakan-tindakan luar biasa’ yang diputuskan untuk diambil oleh Pemerintahan fasis, dia ditangkap oleh polisi bersama dengan para wakil Partai Komunis lainnya, meski dia memiliki hak kekebalan sebagai anggota parlemen. Baru pada keseokan harinya, Dewan Perwakilan menyetujui pencoretan mandat dari seluruh wakil Aventine, termasuk di dalamnya wakil Komunis, meski sebenarnya mereka telah meninggalkan Aventinne dan kembali ke Parlemen.
Bagi Gramsci, hukuman ‘politik’ ini tidak berlangsung lama. Dia dihukum penjara lima tahun. Baru kemudian dia memahami tujuan pastinya: pulau kecil Ustica. Pada bulan Desember dia tiba di sana. Di sana, ia menjalani kehidupannya bersama-sama dengan tahanan-tahanan lain, termasuk Bordiga. Keduanya lalu memperbaharui persahabatan yang telah lama mereka jalin dan bersama-sama mendirikan sebuah sekolah di kalangan para tahanan, dimana Gramsci mengajarkan sejarah sastra dan Bordiga sejarah sains.
Awal bulan Januari 1927, Pengadilan Khusus bagi Pembelaan Negara memulai aktivitasnya. Sebuah surat penangkapan dikeluarkan untuk Gramsci. Dia dibawa ke Milan dan dipenjarakan di penjara San Vittorio, serta berulangkali diinterogasi oleh hakim pemeriksa, Macis. Namun, dia masih boleh membaca majalah-majalah dan buku-buku dan menulis surat ke rumah. Kedekatannya dengan saudara ipar yang dia sayangi, Tatiana, saudara perempuan istrinya Jula, memberikan rasa tenteram baginya. Kepadanyalah Gramsci mengkomunikasikan lewat surat tanggal 19 Maret niatnya untuk mencurahkan diri dalam sebuah rencana belajar selama masa dia dipenjara. ‘Saya merasa dicekam (dan saya kira, ini merupakan gejala yang khas dialami oleh para narapidana) oleh gagasan berikut: bahwa saya harus melakukan sesuatu yang für ewig sesuai dengan konsep Goethe yang saya ingat sangat membuat Pascoli kita menderita. Ringkasnya, saya ingin mencurahkan diri secara intensif dan sistematis pada beberapa bidang pengetahuan yang sangat mengasyikkan buat saya dan yang memberi fokus pada kehidupan spiritual saya. Saya telah memikirkan empat bidang pengetahuan sejauh ini, dan ini saja sudah menjadi tanda bahwa ada banyak hal yang masih tak saya mengerti. Empat bidang pengetahuan itu ialah yang pertama riset mengenai pembentukan semangat kewargaan dalam abad yang baru lalu; dengan kata lain, riset mengenai kaum intelektual Italia, asal-usul mereka, pengelompokan-pengelompokan mereka berdasarkan aliran-aliran kultural mereka, cara berpikir mereka yang berbeda-beda dsb. dsb. Ini sungguh merupakan sebuah topik yang sangat menarik sekaligus kompleks yang biasanya hanya bisa saya sketsakan secara garis besar karena ketidakmungkinan absolut untuk bisa mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan yang sedemikian banyak itu. Ingatkah kamu akan esai saya yang sangat ringkas dan sangat superfisial mengenai Italia bagian Selatan dan mengenai arti penting Croce? Ya, saya ingin mengembangkan tesis tersebut secara lebih lengkap ketimbang yang saya sketsakan saat itu dari sebuah sudut pandang “yang tak bias” dan für ewig.
‘Yang kedua, studi mengenai perbandingan bahasa! Ini penting. Lagipula, apa yang lebih “tak bias” dan für ewig ketimbang bidang pengetahuan tersebut. Biasanya, bidang ini berkisar pada persoalan mengenai kajian terhadap hanya bagian metodologis dan teoretis murni dari topik tersebut dan itu pun tak pernah dijalankan secara sistematis dan lengkap dari sudut pandang baru kaum neo-linguis yang menentang kaum neo-gramatisis. (Aku pasti akan membuat kejutan untukmu, Tania sayang!). Salah satu “penyesalan” intelektual terbesar dalam kehidupan saya ialah rasa terluka yang dalam yang telah saya buat pada diri profesor saya yang baik, Bartoli, dari Universitas Turin. Dia merasa yakin bahwa saya adalah malaikat tertinggi yang ditakdirkan untuk menghancurkan “kaum neo-grammatisis” untuk selamanya. Hal ini karena dia, yang berasal dari generasi yang sama dan terikat oleh belenggu-belenggu akademis yang ditebarkan oleh klik orang-orang keji tersebut, tak ingin melangkah melewati batas tertentu seperti yang sudah ditetapkan oleh kesbiasaan dan oleh rasa hormat kepada bangunan-bangunan abadi pengetahuan lama.
‘Yang ketiga, studi mengenai karya-karya Pirandello dan mengenai transformasi dalam cita rasa drama di Italia yang diwakili oleh Pirandello dan yang turut dia bentuk. Tahukah kamu bahwa jauh sebelum Adriano Tilgher, saya telah menemukan dan membantu mempopulerkan karya-karya Pirandello? Saya menulis cukup banyak mengenai Pirandello sejak dari tahun 195 sampai tahun 1920 yang jika disatukan akan menjadi buku kecil setebal 200 halaman. Pada saat itu, pernyataan-pernyataan bersifat original dan belum pernah ada sebelumnya karena Pirandello pada saat itu kalau diterima dengan tanpa syarat, ya dicela habis-habisan.
‘Yang keempat, sebuah esai mengenai nobvel-novel kerakyatan dan cita rasa massa dalam dunia sastra. Ide ini muncul padaku ketika aku membaca berita mengenai kematian Serafino Renzi, pemain utama dari sebuah pentas yang memainkan melodrama, sebuah cerminan teatris dari novel-novel kerakyatan. Saya ingat betapa sangat senangnya saat-saat saya mendengar suaranya karena penampilannya sungguh hebat. Kecemasan, hasrat yang liar, lalu lalangnya orang-orang, semuanya merupakan bagian yang juga memikat dari penampilan pentas itu.
‘Bagaimana semua ide ini menurutmu? Jika kita mengamati lebih dekat, sesungguhnya terdapat kesamaan di antara keempat topik tersebut. Semangat kreatif rakyat dalam fase-fasenya dan level-level perkembangannya yang berbeda-beda menjadi akar dari semua bidang pengetahuan tersebut yang bernilai sama dalam arti pentingnya...’
Proyek itu tak bisa dimulai selama beberapa bulan. Bulan-bulan itu adalah bulan-bulan yang berat dan sulit. Saudara ipar perempuannya pindah dari Milan ke Roma untuk membantu dan menentramkannya dengan kehadirannya. Interogasi demi interogasi dilakukan. Beberapa anggota keluarga atau sahabatnya memang masih bisa mengunjunginya, namun kontak-kontak Gramsci dengan dunia luar dibatasi sama sekali. Godaan untuk membatalkan riset kultural dan politiknya pastilah besar sekali. Sama besarnya ialah godaan untuk melupakan diri dalam bentuk kepuasan otobiografis dimana dia membayangkan kehidupannya sebagai ‘teladan bersinar’; ini merupakan sebuah bahaya yang harus dia hindarkan justru karena keyakinan politik dan kematangan kulturalnya. Sebuah catatan dari Prison Notebooks menjadi saksi dari kesedihan batinnya. ‘Justification for Autobiography. Salah satu jsutifikasi tersebut ialah berikut ini: untuk membantu orang-orang lain mengembangkan cara-cara dan arah tertentu dalam perjalanan hidupnya. Seringkali otobiografi-otobiografi merupakan sebuah tindak kesombongan. Orang percaya bahwa kehidupan seseorang itu memang layak untuk dikenang karena sifat “original”-nya yang berbeda dari yang lain, karena setiap kepribadian itu original, berbeda dari yang lain, dsb. Otobiografi bisa dipandang “secara politik”. Orang tahu bahwa kehidupan seseorang itu bisa saja serupa dengan ribuan orang lainnya, namun karena faktor “kebetulan”, kehidupan itu lalu menjadi memiliki arah, sesuatu yang tak bisa atau tak dimiliki oleh ribuan orang lainnya. Dengan bercerita kepada yang lain, orang bisa menciptakan kemungkinan buat ribuan orang lain untuk bisamemiliki arah. Dengan bercerita, orang bisa menunjukkan prosesnya, menunjukkan arahnya.’
Masa-masa menunggu sidang tersebut merupakan periode yang sulit yang tampaknya tak akan pernah berlalu. Gramsci merasakan perubahan, merasa tak lagi siap untuk berjuang seperti halnya di masa lalu. ‘Saya tidur lebih lama, dan tampaknya saya akan menjadi seorang pilistin (seorang yang tumpul perasaannya), dan hal ini sangat membuat saya khawatir,’ tulisnya kepada Tatiana pada bulan November.
Bulan-bulan pertama tahun 1928 dihabiskan dalam penantian dan kegelisahan yang penuh derita (di tengah-tengah provokasi yang dilakukan oleh polisi). Baru pada akhir bulan April, dia mendengar bahwa sidang pengadilan akan dimulai pada tanggal 28 Mei. Dia merasa harus menulis surat kepada ibunya. ‘Ibu yang terhormat, saya tidak ingin mengulang-ulang apa yang telah saya sering saya tulis untuk menenteramkan hati ibu mengenai kondisi moral dan fisik saya. Agar ibu benar-benar tenteram, saya ingin ibu tidak terlalu merasa cemas atau terlalu resah apapun hukuman yang akan dijatuhkan kepada saya. Saya ingin ibu memahami secara jelas dan dengan sepenuh hati bahwa saya tidak sedang atau akan pernah merasa malu dengan apa yang saya alami. Selain itu, saya sendiri memang menginginkan penahanan dan penjatuhan hukuman ini dalam artian tertentu karena saya tak pernah ingin mengubah pandangan-pandangan saya. Karena itulah, bukan saja saya bersedia menjalani hukuman penjara, namun juga menyerahkan hidup saya. Dengan begitu, saya akan bisa menjadi damai dan bahagia atas diri saya sendiri. Ibu yang terhormat, saya ingin sekali memeluk ibu dengan erat-erat sehingga ibu bisa merasakan betapa besarnya cinta saya pada ibu dan betapa besarnya saya ingin menghibur ibu karena penderitaan yang telah saya buat terhadap ibu. Namun, saya tak bisa melakukannya. Begitulah kehidupan, sangat berat dan kadangkala anak-anak memang menimbulkan penderitaan yang begitu besar kepada ibu-ibu mereka ketika mereka ingin melindungi kehormatan dan martabat mereka sebagai manusia.’
Pada bulan Mei, dia pindah ke penjara Regina Coeli di Roma dan pada tanggal 28 Mei, bersama-sama dengan orang-orang komunis lainnya (Terracini, Scoccimarro, dsb.) dia diadili di Pengadilan Khusus dimana di situlah dimulai apa yang disebut sebagai ‘sidang besar’ terhadap pemimpin Partai Komunis. Dia dijatuhi hukuman 20 tahun empat bulan dan lima hari penjara. Jaksa penuntut umum, Michele Isgrò, berkata mengenai dirinya. ‘Kita harus menghentikan otak ini agar tidak berfungsi selama dua puluh tahun.’ Karena menderita penyakit uricaemia yang kronis, Gramsci dipenjara di tahanan semntara di Turi, provinsi Bari, dan dia tiba di sana pada tanggal 19 Juli. Dia diletakkan di sebuah bangsal, namun dengan segera dia mendapatkan selnya sendiri. Di sana, dia menulis surat untuk keluarganya dan menerima beberapa kunjungan, diantaranya dari saudaranya, Carlo, dan dari saudara ipar perempuannya, Tatiana, yang datang ke Turi selama beberapa hari.
Tahun 1929 merupakan tahun dimana Gramsci memulai penulisan Prison Notebooks. Pada saat itu, dua tahun berlalu sejak dia menulis surat kepada Tatiana mengenai keinginannya untuk menyibukkan diri secara für ewig dengan beberapa tema. Dia berkata pada bulan Januari bahwa dia telah mendapatkan ijin untuk menulis dalam selnya dan untuk membaca buku-buku. Bagian pertama catatan-catatan penjara ini (yang kesemuanya berjumlah 33 dan bukan 32 seperti yang umum diketahui, dan 21 jumlahnya pada saat dia dipindahkan ke penjara Civitavecchia bulan November 1933), yaitu yang ditandai Gramsci dengan Angka I, tertanggal di sampingnya 8 Februari 1929. Saat itu adalah tiga hari sebelum penandatanganan Pakta Lateran yang sangat menjadi perhatian Gramsci, baik secara langsung maupun tidak langsung.13 Pada bulan Maret, dia menulis kepada Tatiana mengenai niatan barunya. ‘Saya telah memutuskan untuk menyibukkan diri terutama dengan dan untuk menulis catatan mengenai ketiga tema berikut. Yang pertama, sejarah Italia pada abad ke-19 dengan rujukan khusus pada pembentukan dan gerak perkembangan kelompok-kelompok intelektual. Yang kedua, teori sejarah dan historiografi. Yang ketiga, Amerikanisme dan Fordisme.’ Dan dia meminta Tatiana sejumlah buku kepustakaan.
Tatiana sering mengunjunginya, dan ketertarikan Gramsci terhadap dunia luar dan kehidupan politik sangatlah kuat. Biasanya, ketertarikan itu tidak hanya terbatas pada apa yang mungkin menarik baginya secara pribadi, seperti hasil dari petisi yang diajukan ke Mahkamah Agung atas nama seluruh tahanan komunis yang dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Khusus. Ketertarikannya juga terarah kepada gerak perkembangan paling relevan dari politik fasis, seperti Undang-undang parlemen dengan catatan mengenai perdebatan tentang Concordat. Dia juga tertarik dalam proyek-proyek yang bersifat kesusastraan yang sekali lagi dia tekuni setelah ditinggalkannya lama, seperti studi atas canto (bagian dari syair) ke-10 dari Inferno atau usahanya yang luar biasa untuk mempelajari beberapa bahasa, seperti bahasa Jerman dan Rusia, dimana dia melakukan banyak penterjemahan. Aktivitasnya sungguh sangat banyak, baik dalam hal membaca maupun dalam hal menilis catatan-catatan.
Dia merasa tenteram dengan keberadaan saudara ipar perempuannya yang pindah ke Turi selama beberapa bulan untuk tinggal dekat dengannya. Kunjungan dari beberapa anggota keluarganya, seperti saudaranya, Carlo, atau saudaranya yang lain, Gennaro, sangat banyak membantunya dan yang lebih membuatnya merasa tenteram ialah berita mengenai diterimanya pengurangan masa tahanan selama satu tahun empat bulan dan lima hari. Pada awalnya dia mengira bahwa hal itu merupakan kesempatan baginya untuk diberikan pengampunan secara penuh, sebuah harapan yang dengan cepat berubah menjadi kekecewaan yang mendalam. Dan pada bulan Juli 1930, pada akhirnya, secara agak detil, dia akhirnya mengetahui kondisi kesehatan istrinya, Julia, yang dibawa ke sanatorium karena sakit mental.
Kondisi kesehatannya sendiri menjadi semakin memburuk lagi. Dia mengalami insomnia, sebagian karena kebisingan penjara karena sel yang ditinggalinya sendirian berdekatan dengan ruang penjaga. Dia tak selalu diperbolehkan untuk membaca buku-buku tertentu. Sebagai misal, dia tidak diijinkan membaca buku karya Trotsky yang dia harapkan bisa diijinkan untuk dibacanya setelah pengusiran pemimpin Bolsyewik itu dari Uni Soviet. Namun, studi-studi yang dilakukannya masih memiliki presisi yang tinggi. Dia menulis kepada Tatiana pada bulan November 1930, ‘Saya telah menetapkan tiga atau empat tema, salah satunya ialah mengenai fungsi kosmopolitan yang dimiliki kaum intelektual Italia sanpai abad ke-18, yang saya bagi ke dalam banyak bagian, seperti mengenai Renaissance dan Machiavelli, dsb. Jika saya memiliki kesempatan untuk merujuk pada bahan kepustakaan yang diperlukan, saya percaya bahwa sebuah buku yang sangat menarik, yang belum pernah ada, akan bisa saya tulis. Saya mengatakan “buku” di sini berarti pengantar untuk sejumlah karya monografis karena topik itu memang tampak berbeda-beda pada periode yang berbeda-beda, dan menurut saya, adalah perlu untuk kembali sampai ke masa Kekaisaran Romawi. Sementara itu, saya tengah membuat beberapa catatan...’
Kedatangan beberapa kamerad partai lamanya ke penjara di Turi mendorongnya untuk mengorganisir, -setelah melakukan diskusi panjang mengenai dasar diadakannya prakarsa tersebut,- serangkaian diskusi organik mengenai beberapa tema seperti partai dan kaum intelektual, partai dan kekuatan militer, persoalan Majelis Perwakilan, dsb. Diskusi-diskusi tersebut dengan segera menjadi sangat memanas, sebagian karena berita-berita yang datang dari luar mengenai perubahan-perubahan politik dan taktik yang terjadi dalam tubuh Komunis Internasional. Pihak Internasional telah meninggalkan faksi front bersatu dan membangun basis bagi sebuah serangan terhadap sosial-demokrasi yang mereka sebut sebagai ‘fasisme-sosial’, sebagai bahaya paling serius bagi kelas buruh. Mereka mengumumkan bahwa krisis sistem kapitalis telah sangat akut dan dekat. Penerimaan Partai Komunis Italia terhadap kebijakan internasional yang baru ini bersifat total. Menurut Partai Komunis Italia, situasi Italia telah membawa fasisme pada krisis menentukan dan pada dimulainya lagi perjuangan kelas dalam waktu yang sangat singkat. Gramsci, sebagian karena dia sekarang berada terpisah dari problem-problem taktis dan politis partai dan dari gerak perkembangan perjuangan secara internasional, masih memprediksikan seperti yang telah diprediksikannya beberapa tahun sebelumnya bahwa akan terdapat sebuah fase ‘demokrasi’ relatif, sebuah ruang antara yang bersifat transisional antara kediktatoran fasis dan revolusi proletarian. Karenanya, dia memandang perlu adanya gerak kembali secara taktis dan sementara waktu kepada slogan Majels Perwakilan agar bisa dihimpun kembali dukungan mutlak dari partai-partai anti-fasis. Namun pemikiran-pemikiran ini tampaknya sedemikian ambigu untuk bisa diterima secara nyata oleh beberapa kamerad yang turut serta dalam diskusi-diskusi tersebut dan dalam perbincangan yang diorganisir oleh Gramsci sehingga Gramsci sendiri terpaksa untuk menunda aktivitasnya karena kuatnya penentangan.
Namun, hal ini tidak begitu saja membuatnya mengubah pandangan-pandangannya terhadap situasi politik. Bahkan ketika kongres keempat partai Komunis Italia diadakan di sebuah kota di Jerman dan Gramsci diberi informasi mengenai hal itu dari sebuah tulisan rahasia yang ditulis dengan menggunakan tinta rahasia pada sebuah koran Inggris yang dia terima dalam penjara, seperti yang kita tahu dari beberapa kameradnya di penjara, dia masih tetap berkeyakinan akan adanya kebutuhan akan sebuah fase transisional yang ‘demokratis’. Dia memandang fase ini sebagai sebuah fase dimana segenap partai anti-fasis akan bisa turut serta dan dimana institusi-institusi dan struktur-struktur tradisional dari negara Albertine yang liberal14 dipertanyakan dan bahkan dihancurkan untuk selama-lamanya.
Sensor penjara saat itu tidak begitu ketat dan Gramsci bisa mendapatkan beberapa buku karya Marx. Dia juga bisa menulis secara lebih sering kepada keluarganya. Namun kesehatannya menjadi semakin memburuk lagi, dan pada bulan Agustus 1931, dia mengalami serangan penyakit yang serius untuk perama kalinya. Kita mendapatkan informasi ini sekali lagi dari sebuah suratnya kepada saudara ipar perempuannya. ‘Pada suatu pagi tanggal 3 Agustus, tepatnya 15 hari yang lalu, tiba-tiba aku muntah darah. Ini bukan pendarahan biasa yang terus-menerus, yang mengalir tiada henti sepeerti yang pernah kudengar ceritanya dari orang lain. Saya merasa nafas saya tersengal-sengal seperti orang yang terkena radang tenggorokan. Kemudian saya terbatuk-batuk, dan mulut saya penuh dengan darah. Batuknya sendiri tidaklah parah dan bahkan tidak keras, persis seperti batuk yang dialami seseorang ketika ada benda di tenggorokannya. Jadi sekedar batuk saja, tanpa batuk keras atau kejang-kejang...’
Meski begitu, relasi-relasinya dengan dunia luar dan ketertarikan-ketertarikannya terus berlanjut dengan kekuatan kemauan yang luar biasa. Dia menerima sebuah kunjungan dari saudaranya, Carlo, namun tidak diijinkan untuk bertemu dengan sahabatnya, Piero Sraffa, yang pergi ke Turi untuk bertemu dengannya. Dia meminta Tatiana untuk mengirimkan esainya mengenai canto ke-10 dari Inferno kepada profesor Cosmo, mantan guru sastra Italianya di Universitas Turin (yang sebelumnya dia putuskan hubungannya dengan kasar dan diserangnya dengan tajam dalam kolom-kolom berbagai surat kabar).
Namun, aktivitasnya itu terlalu banyak dan tak bisa dilanjutkan. Ketika dalam bulan-bulan pertama tahun 1932, muncul kesempatan pertukaran tahanan politik antara pemerintah Soviet dan pemerintah Italia (sebuah proyek yang disetujui dan didukung Gramsci) tak menghasilkan apa-apa, ketegangan syaraf pun menjadi tak terbendung lagi buat para tahanan. ‘Seperti yang juga kutulis kepada Tatiana,’ tulisnya dalam sebuah surat kepada istrinya bulan Agustus, ‘tampaknya dari suratmu dan juga dari surat-surat sebelumnya, kamu tengah atau telah mencitrakan, atas dasar informasi yang tak akurat, sebuah konsepsi yang terlalu indah dan mengharukan mengenai kehidupanku. Ppadaal, kehidupan yang kujalani sebenarnya buruk dan sangat kosong dari isi yang menarik, dari setiap stimulus mental, dari setiap kepuasan yang membuat hidup terasa bernilai. Aku telah menjalani secara nyata dan buruk sebuah eksistensi yang seperti binatang dan hanya memamahbiak. Aku tak ingin membuatmu sedih, tapi juga tak ingin kamu membayangkan ide-ide keliru atau romantis mengenai kehidupan yang tengah kujalani. Lagipula, aku sudah terbiasa dengannya. Dan toh, aku masih bertahan hidup. Aku tetap bersabar, meski bukan berarti pasrah. Namun, keragu-raguan yang dialami oleh tahanan yang lain yang membayangkan realitas yang sangat berbeda dari apa yang tengah mereka alami, dan membayangkan diri mereka asyik dalam aktivitas yang menarik dan berguna telah membuatku sangat terganggu dan agak kesal. Hal itu membuatku menjadi merasakan betul betapa terpisahnya aku dan berjaraknya aku dari kehidupan.’ Dan juga kepada saudara ipar perempuannya beberapa hari kemduian, ‘Aku telah mencapai sebuah titik dimana kekuatan perlawananku akan runtuh total. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada diriku kemudian. Hari-hari ini, aku merasa lebih tidak enak ketimbang yang pernah saya rasakan. Selama delapan hari, aku tidur tak lebih dari tiga perempat jam setiap malam dan bahkan selama beberapa malam, aku tak bisa tidur. Insomnia memang belum membuatku sakit, namun hal itu sangat memperburuk keadanku dan membuatku merasa resah sehingga seluruh hidupku menjadi tak tertahankan dan setiap jalan melarikan diri, bahkan yang paling berbahaya dan sukar, lebih kusukai ketimbang terus mengalami hal seperti yang kurasakan saat ini.’
Saudara ipar perempuannya berusaha segala cara, termasuk mengajukan petisi kepada Kepala Pemerintahan (Mussolini), agar Gramsci bisa diperiksa di penjara oleh seorang dokter. Sementara itu, perayaan ‘dasawarsa’ rezim fasis menjadi momen disetujuinya pemberian amnesti dan ampunan kepada tahanan, termasuk tahanan politik. Hukuman Gramsci dikurangi menjadi 12 tahun empat bulan. Meski hal itu tidak langsung mmbuatnya bebas, hal itu sangat menyenangkan buat Gramsci karena seperti yang telah dia tulis dalam Passato e presnete, ‘Penjara adalah sebuah kikir yang sangat halus yang bisa mengikir habis pemikiran, atau jika tidak malah akan menjadi sebuah seniman ahli yang ketika kepadanya dikirimkan sebatang kayu pohon zaitun yang indah untuk dibentuk menjadi sebuah patung Santo Peter, dia malan melakukan potong sana sini, menghaluskannya, menatahnya, dan akhirnya terbentuklah sepotong tongkat lurus dari batang kayu tersebut.’
Sahabat-sahabatnya mengajukan permohonan agar Gramsci diberi pembebasan bersyarat, namun rezim fasis telah menetapkan sebuah kebijakan tegas: yaitu biarlah tahanan sendiri yang mengajukan permohonan pengampunan dan dengan begitu pengampuna akan diberikan.
Pada akhir tahun itu, ibu Gramsci meninggal dunia di Ghilarza. Berita itu tak diberitahukan kepada Gramsci (dia baru mengetahui lama kemudian) karena takut bahwa kabar itu akan sangat membuat hatinya terluka. Gramsci sendiri masih terus mengirimkan surat-surat kepada ibunya sepanjang waktu, tanpa tahu akan kematian ibunya. Saudara ipar perempuannya lalu pindah lebih dekat dengan tempatnya menjalani hukuman, dan berhasil mendapatkan ijin agar Gramsci diperiksa oleh dokter. Namun terlambat. Pada tanggal 7 Maret, Gramsci mengalami serangan buruk yang kedua. ‘Aku hanya bisa menulis beberapa kata untukmu,’ tulis Gramsci dalam suratnya kepada saudara ipar perempuannya seminggu kemudian. ‘Hari Selasa yang lalu, di pagi hari sekali, saat aku bangun dari tempat tidurku, aku jatuh ke tanah tak sanggup lagi berdiri. Aku telah berada di tepat tidur sepanjang waktu saat itu karena tubuhku sangat lemah. Keesokan harinya, saat aku berada dalam keadaan sakit jiwa itu, jika kamu mau menyebutnya demikian, aku tak sanggup menghubungkan satu ide dengan kata-kata yang tepat. Aku memang masih lemah, namun sudah lebih baik hari itu... Aku masih ingat bahwa pada hari itu Dr. Cisternoni mendiagnosis serangan yang saya alami sebagai anemia otak dan kelemahan otak.’ Gramsci dirawat siang dan malam oleh seorang kamerad dari Bologna dan oleh seorang buruh dari Grosetto. Limabelas hari setelah serangan kedua itu, dia diperbolehkan untuk diperiksa oleh Profesor Umberto Arcangeli yang dengan gigih membujuk Gramsci untuk mengajukan permohonan pengampunan. Namun, atas dasar penolakan yang keras kepala dari Gramsci, dia terpaksa mencoret setiap tanda usulan pengampunan itu dari surat keterangannya (yang diantaranya dikatakan: ‘Gramsci tak akan sanggup bertahan hidup lama dalam kondisinya saat ini. Saya menilai perlu baginya untuk dipindahkan ke rumah sakit atau klinik sipil, jika tak mungkin untuk memberinya pembebasan bersayarat’).
Pernyataan Profesor Arcangeli ini kemudian dimuat dalam L’Humanité san koran-koran lain. Opini publik Eropa dengan segera bermunculan. Di Paris, atas dasar prakarsa Romain Rolland dan Henri Barbusse dan yang lainnya, sebuah panitia dibentuk bagi pembebasan Gramsci dan kaum anti-fasis lainnya, sementara sejumlah artikel mengenai Gramsci dimuat dalam berbagai koran anti-fasis. Pada masa inilah Gramsci menulis dengan jenaka kepada saudara ipar perempuannya, ‘Aku telah menerima beberapa pakaian dalam yang telah kamu kirimkan padaku, namun aku kesulitan menghitungnya saat menerimanya. Apakah kamu benar-benar percaya bahwa aku sedemikian tertarik dengan kaos kaki dan pantalon?’
Dalam minggu-minggu berikutnya, saudara ipar perempuannya dan saudaranya, Carlo, secara aktif mengikuti prosedur pengalihannya dari Turi. Mereka mengajukan ijin pemindahan tahanan ke sel yang baru, yang jauh dari kebisingan yang menyiksa yang disebabkan oleh kedekatan dengan para penjaga penjara. Pada akhirnya, surat pengajuan pemindahan disetujui. Pada tanggal 19 November 1933, Gramsci meninggalkan tahanan sementara di Turi dan segera dipindahkan ke rumah sakit penjara di Civitavecchia sebelum bisa pergi ke klinik Cusumano di Formia yang telah dipilih polisi setelah disetujuinya surat pengajuan pemindahan. Di klinik itu, Gramsci dijaga ketat. Dia dalam keadaan apapun boleh menerima kunjungan, dan sekali lagi, dia menyibukkan diri dengan belajar, menuliskan catatan-catatan, dan membaca buku, aktivitas-aktvitas yang pernah ditinggalkannya ketika ijin membaca dan menulis untuk sementara waktu dicabut kembali pada bulan Maret sebelumnya oleh pihak pengelola tahanan sementara di Turi.
Dia menghabiskan seluruh tahun 1934 dalam prosedur-prosedur yang melelahkan, mengajukan surat-surat permohonan untuk dipindahkan ke klinik yang lain, mengajukan surat permohonan untuk diperiksa di penjara oleh dokter-dokter konsultan atau spesialis pribadi. (Pada bulan Juli, dia mendapat ijin untuk diperiksa oleh Profesor Vittorio Puccinelli dari Roma). Kampanye di luar negeri yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Romain Rolland bekerja sangat aktif. Pada akhirnya, Gramsci mendapatkan kebebasan bersyarat pada tanggal 25 Oktober. Namun, kondisi kesehatannya sangat buruk. Dia meninggalkan kamarnya di Klinik Cusumano untuk pertama kalinya dengan saudara ipar perempuannya. Bulan-bulan pertama tahun 1935 penyakitnya semakin parah dan pada bulan Juni, serangan baru yang serius terjadi. Sebagian, karena intervensi Profesor Puccinelli, dia diijinkan untuk meninggalkan Klinik Cusumano dan diterima di Klinik Quisisana di Roma, dimana dia tiba pada akhir bulan Agustus dan dimana dia masih bisa menerima beberapa kunjungan saudaranya, Carlo, saudara ipar perempuannya dan sahabatnya, Piero Sraffa. Tak banyak yang kita ketahui tentang kisah hidupnya di rumah sakit itu dan tentang bulan-bulan terakhir kehidupannya, yaitu bulan-bulan tahun 1936 dan 1937. Surat-surat yang ditulisnya menjadi sangat merosot jumlahnya, namun yang dia tulis untuk istri dan dua anak-anaknya yang masih kecil menjadi lebih banyak jumlahnya. ‘Delio sayang,’ tulisnya kepada anak laki-lakinya yang sekarang berusia 12 tahun, ‘Catatan-catatan kamu menjadi semakin khas saja. Ayah percaya kamu memiliki waktu banyak untuk menulis panjang lebar dan dengan cara yang lebih menarik. Tak ada untungnya menulis terburu-buru, dengan sangat tergesa-gesa sebelum saat jalan-jalan tiba. Tidakkah kamu setuju? Ayah tak percaya bahwa kamu akan merasa senang saat tahu bahwa dari catatan-catatanmu, ayah jadi membayangkan kamu seperti seorang bodoh kecil yang hanya tertarik dengan nasib dari hewan peliharaan kecilmu, dan hanya membaca setiap buku tua. Ayah rasa salah satu hal paling sulit di usiamu ialah bisa duduk diam di meja kecil untuk menata pemikiranmu (atau sekedar berpikir) dan menuliskannya dengan penuh keanggunan. Ini merupakan masa belajar yang sungguh sangat sulit ketimbang yang dialami oleh seorang pekerja yang ingin mendapatkan keterampilan profesional, dan karena itu kamu harus memulainya persis pada usiamu sekarang. Salam peluk mesra buatmu.’ Dan kepada istrinya, ‘Memang benar bahwa aku selalu tak puas dan menjengkelkan. Suratmu paling tidak telah mendamaikan aku. Jangan kesal dengan dirimu sendiri. Aku tak ingin menyakitimu dengan cara apapun.’ Dan kemudian, ‘Julia sayang, Surat-suratmu selalu membuat perasaanku sangat tergetar namun... (sungguh alasan yang menjengkelkan...) surat-surat iu agak membuatku bingung dan tak tahu harus berpikir apa. Kamu tahu bahwa aku memiliki ketertarikan yang kuat terhadap hal-hal yang kongkret, bahwa aku sangat mengagumi... laporan-laporan (daklad) yang disusun dengan bagus, dan sangat menghormati pendeta-pendeta Jesuit yang terhormat di Cina yang masih mengajarkan kepada kita sesuatu hal bahkan beberapa abad setelahnya. Sayang, aku sungguh seorang pedantik (seorang yang sangat tertarik dengan rincian-rincian kecil). Tulislah apapun yang kamu mau karena kamu selalu bisa menulis dengan bagus, dengan spontanitas yang besar dan mencurahkan dirimu sepenuhnya di dalamnya.’
Pada bulan April 1937, pada akhir periode pembebasan bersyaratnya, Gramsci dibebaskan. Namun, masa-masa ini adalah saat-saat terakhir dalam kehidupannya. Pada malam hari tanggal 25 April, dia terserang pendarahan otak, dan dua hari kemudian, pada tanggal 27 April, dia meninggal dunia. Kita bisa mengetahui detil-detil terakhir dari sebuah surat yang dikirimkan Tatiana kepada saudaranya, Julia. ‘Kami telah mengkremasikannya. Ada beberapa kesulitan saat mengurus ijinnya, namun pada akhirnya kami berhasil. Aku telah mengambil gambar mayatnya dan topeng mayat telah dibuat. Sekarang, aku tengah membalutnya dengan perunggu, termasuk tangan kanannya... Hari itu, aku yakin Nino merasa lebih baik dari biasanya. Bahkan, aku bisa katakan bahwa dia lebih damai dari biasanya... Kami bercakap-cakap sampai saat makan malam.. Dia makan sup daging, buah yang sudah masak dan sekeping kue kecil. Dia lalu keluar dan dibawa kembali ke atas sebuah kursi oleh beberapa orang. Bagian kiri tubuhnya telah sepenuhnya lumpuh, namun dia masih bisa berbicara dengan baik. Berulang kali karena lemah, dia terjatuh ke lantai namun tanpa terbentur kepalanya, dan dia lalu menyeret dirinya sejauh mungkin ke arah pintu dan berseru minta tolong... Sepanjang malam berlalu tanpa ada perubahan dalam kondisinya... Aku mengawasinya sepanjang waktu dan melakukan apa yang bisa kulakukan. Membasahi bibirnya, berusaha memberinya nafas buatan saat dia terlihat tak lagi bernafas. Namun, kemudian terdengar sebuah hembusan nafas yang berat dan kemudian suasana sunyi senyap. Aku segera memanggil dokter yang membenarkan ketakutanku. Saat itu adalah jam 4.10 pagi tanggal 27 April.’

‘Kearifan orang-orang Zulu,’ tulis Gramsci dalam sebuah catatan dalam Passato e presente, ‘yang mengelaborasi pepatah ini, telah dimuat oleh sebuah majalah Inggris: “Lebih baik untuk maju dan mati ketimbang berhenti dan mati”.’ Dua hari setelah kematiannya, koran-koran menerbitkan catatan ringkas berikut, yang juga disiarkan di radio. ‘Mantan wakil komunis, Gramsci, telah meninggal dunia di Klinik Quisisana di Roma dimana beliau telah mendapatkan pengobatan sekian lama.’ Manusia besar itu telah mati, manusia yang pada tahun 1921 yang lampau pernah menulis dalam sebuah artikel yang tak ditandatangani di koran L’Ordine Nuovo, ‘Kelas buruh tak akan terkalahkan. Dalam sejarah modern, kelas itu merupakan perwujudan dari semangat kebebasan dan kemandirian yang menjadi hakekat dari kemajuan. Manusia-manusia bisa datang dan pergi, bisa diremukkan oleh badai; namun kelas sebagai keseluruhan akan tetap ada, dan individu-individu manusia harus tahu bagaimana berkorban demi kejayaan dan masa depannya, dan mereka juga harus tahu bagaimana harus mati.’

Bookmark & Share:

0 komentar:

Mp3 music player

  ©Template by Dicas Blogger.